REPUBLIKA.CO.ID, LESBOS -- Setidaknya dua orang imigran tewas dalam kebakaran di pulau pengungsi di Yunani. Kebakaran itu memicu amarah pengungsi. Kantor Berita Athens mengutip polisi yang melaporkan satu orang perempuan dan anak meninggal dunia dalam kebakaran di kamp Moria yang penuh sesak di pulau Lesbos.
Jenazah perempuan itu sudah dibawa ke rumah sakit umum. Para pengungsi menyerahkan jenazah anak ke pihak berwenang. Namun, belum diketahui berapa jumlah pasti korban tewas kejadian itu.
Salah satu saksi mata mengatakan ada tiga orang yang tewas. Kebakaran itu menyebar ke enam atau tujuh kontainer yang digunakan untuk tinggal.
"Kami menemukan dua anak yang benar-benar hangus dan satu orang perempuan meninggal, kami menyerahkan anak-anak yang dibungkus dengan selimut itu ke pemadam kebakaran," kata imigran asal Afghanistan, Fedouz, yang berusia 15 tahun, seperti dilansir dari The Guardian, Senin (30/9).
The Guardian juga melaporkan ada dua jenazah. Salah satu diantaranya dikelilingi keluarga yang menangis.
Api di dalam kamp padam dengan pesawat. Namun, massa berkumpul, marah dengan respon pihak berwenang yang lamat dalam mengatasi insiden itu. Polisi pun menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.
Dalam pernyataannya, polisi mengatakan kerusuhan terjadi setelah ada dua kebakaran yang berselang 20 menit. Pertama di luar dan kedua di dalam kamp Moria.
Menggunakan pesawat Hercules C-130, Yunani mengirimkan pasukan tambahan. Polisi setempat mengatakan massa sudah kembali tenang.
Deputi Menteri Perlindungan Warga Lefteris Economou, kepala polisi Yunani, dan sekretaris jenderal untuk kebijakan imigrasi mengunjungi lokasi kejadian. Kamp Moria menampung 13 ribu orang padahal kamp itu hanya mampu menampung 3.000 orang.
Kamp itu sudah menjadi kota kecil dengan tenda-tenda badan pengungsi PBB. Kamp menampung 8.000 orang di sepanjang ladang zaitun di dekat desa terdekat. Sisanya ditampung di kontainer-kontainer.
Yunani menampung lebih dari 70 ribu pengungsi yang sebagian besar melarikan diri dari Suriah sejak 2015 dan negara-negara lainnya yang menyeberang dari Turki. Pada 2016, Uni Eropa sudah membuat perjanjian dengan Turki. Negara itu melakukan upaya yang lebih besar lagi untuk membatasi penyeberangan ke Yunani.
Namun, jumlah pengungsi yang tiba ke pinggir pantai Yunani membengkak dalam beberapa bulan terakhir. Hal itu menyebabkan semakin padatnya kamp penampungan pengungsi. Pemerintah Yunani mengatakan mereka berencana membahas rancangan undang-undang pencari suaka yang baru demi mengatasi krisis imigran ini.
"Dalam rapat kabinet Senin, kami membahas rancangan undang-undangan yang diajukan kementerian perlindungan warga yang akan diperbaharui, sesuai dengan standar prosedur suaka Eropa," kata Menteri Negara George Gerapetritis saat diwawancara stasiun televisi Skai TV.