REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Pangkalan Udara (Lanud) Silas Papare mencatat lebih dari 15 ribu orang pengungsi yang sudah keluar dari Wamena, pascakerusuhan yang terjadi pada Senin (23/9). Komandan Lanud Silas Papare, Marsekal Pertama (Marsma) TNI Tri Bowo di Jayapura, Ahad (6/10), mengakui para pengungsi itu ada yang menggunakan pesawat hercules milik TNI AU dan ada juga yang menggunakan penerbangan reguler dari Wamena ke Sentani.
Puluhan ribu pengungsi itu ditampung di berbagai penampungan yang ada di Kabupaten Jayapura maupun Kota Jayapura, namun sebagian kecil di antaranya sudah pulang ke kampung halamannya. Mabes TNI AU masih menyiagakan dua Hercules untuk mengangkut pengungsi dari Wamena ke Sentani, kata Tri Bowo, seraya menambahkan sebelumnya Mabes TNI AU mengerahkan empat hercules untuk mengangkut warga yang ingin mengungsi pasca kerusuhan berdarah di Wamena.
"Belum bisa dipastikan hingga kapan evakuasi warga dilakukan," kata Tri Bowo.
Kabid Humas Polda Papua Komisaris besar Polisi Ahmad Kamal secara terpisah mengakui kondisi kamtibmas di Wamena dan sekitarnya berangsur kondusif karena itu di berbagai kesempatan pihaknya menghimbau agar para pengungsi mau kembali. "Aparat keamanan sudah dikerahkan untuk mengamankan wilayah tersebut sehingga masyarakat tidak perlu takut," kata Kamal.
Polres Jayawijaya, Papua, telah menetapkan tiga orang masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) karena terindikasi kuat sebagai bagian dari pelaku kerusuhan di Wamena, Jayawijaya pada 23 September 2019. Kapolres Jayawijaya AKBP Tonny Ananda Swadaya di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Ahad (6/10), mengatakan tiga orang itu harus ditangkap untuk pengembangan kasus lebih lanjut.
"Kita sudah tahu orang-orangnya, foto-foto, hasil rekaman video dari CCTV sudah ada," kata Tonny.
Tonny memastikan setelah pemeriksaan terhadap 12 orang yang diamankan, sembilan di antaranya sudah mengarah sebagai tersangka. "Sembilan orang sudah mengarah ke tersangka. Pengembangan masih terus dilakukan hingga memperoleh siapa aktor di balik kerusuhan itu," katanya.
Mantan Kapolres Kabupaten Lanny Jaya ini mengatakan personel gabungan yang disiagakan untuk memberikan jaminan keamanan di Wamena sebanyak 1.500 orang. Aktivitas perekonomian di Wamena kini mulai berjalan layaknya sebelum tanggal 23 September.
Pengungsi yang sebelumnya banyak di Mapolres Jayawijaya sudah berkurang karena mereka telah kembali ke rumah masing-masing. "Kami sudah mengimbau pengungsi untuk tidak lagi membawa senjata tajam, dan beberapa hari ini saya lihat sudah tidak ada lagi yang membawa senjata tajam di sekitar Wamena," katanya.
Sehari setelah kerusuhan, warga di seputaran kota terlihat melindungi diri dengan membawa senjata tajam seperti parang, pisau, pipa dan kayu untuk mengantisipasi kerusuhan tiba-tiba seperti yang terjadi 23 September.
Bersedia kembali
Sejumlah pengungsi korban kerusuhan Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, mengaku bersedia kembali jika situasi sudah aman dan rumah mereka kembali dibangun. "Bertahan di sini dulu sudah," kata Fani, warga asal Toraja yang mengungsi di Kodim 1702/Jayawijaya, Wamena, Sabtu (5/10).
Fani bersama tiga anak dan suaminya terpaksa mengungsi karena rumah mereka di Distrik Hom-Hom rata dengan tanah karena terbakar saat terjadi kerusuhan pada 23 September. Namun, ia bersama keluarga tetap bertahan di Wamena dan tidak kembali ke kampung halaman di Tanah Toraja, Sulawesi Selatan karena masih punya harapan untuk tetap tinggal di Papua.
Selain itu, untuk pulang kampung, dibutuhkan biaya yang besar, sementara mereka tidak memiliki harta benda lagi karena semuanya sudah terbakar bersama kediamannya. Hal senada disampaikan Damaris yang juga mengungsi di Kodim 1702/Jayawijaya.
"Rencana untuk pulang ke rumah. Mereka yang tidak pulang karena rumahnya sudah habis terbakar," kata Damaris.
Yang terpenting bagi mereka adalah situasi keamanan yang kondusif dan bantuan pemerintah untuk membangun kembali rumah mereka yang rusak. Sebanyak 1.254 orang masih bertahan mengungsi di Kodim 1702/Jayawijaya sejak kerusuhan.
Total 2.636 orang yang masih mengungsi di Wamena pascakerusuhan. Sebelumnya ribuan orang sudah meninggalkan Wamena kembali ke kampung halaman masing-masing.
Pemerintah melalui Kementerian Sosial telah mendistribusikan bantuan senilai Rp 3,8 miliar untuk penanganan dampak kerusuhan di Wamena berupa logistik, usaha ekonomi produktif dan santunan ahli waris korban meninggal dunia. Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat mengatakan, pemerintah mendorong warga yang eksodus kembali ke Wamena.
"Dengan jaminan keamanan dari aparat TNI dan Polri, situasi cukup kondusif dan kegiatan masyarakat termasuk aktivitas ekonomi sudah berjalan," katanya.