REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita, mengaku biasa saja jelang berakhirnya Kabinet Kerja 20 Oktober 2019 mendatang. Ia menilai, menteri-menteri cuma pembantu presiden.
"Karena kami adalah pembantu bapak presiden 2014-2019, maka jajaran berhenti, normal saja, suatu yang bagus," kata Enggar usai menghadiri 12th ANRPC Annual Rubber Conference di Hotel Tentrem Yogyakarta, Senin (7/10).
Ia mengatakan, sudah melakukan persiapan-persiapan jika posisinya di Kementerian Perdagangan diganti orang baru. Bahkan, jika digantikan, Enggar berpesan kepada menteri yang baru soal yang sama. "Pesannya begini, 'menteri itu pembantu presiden, jadi kita melaksanakan perintahnya'," ujar Enggar.
Namun, di sela-sela tanya jawab itu, Enggar mengaku bersyukur Joko Widodo kembali terpilih sebagai Presiden RI. Malah, ia mengaku akan lebih sulit jika presiden terpilih kali ini bukan lagi Joko Widodo.
"Yang memberikan perintah berakhir 20 Oktober, muncul yang baru, yang baru kebetulan adalah sama, ya alhamdulillah bukan kebetulan, bayangkan kalau tidak, matilah kita," kata Enggar.
Meski begitu, ia menilai, agenda-agenda Kementerian Perdagangan akan tetap berjalan lancar. Menurut Enggar, Kemendag memiliki sistem kerja yang terbaik dimiliki Indonesia hari ini.
Bagi Enggar, dari waktu ke waktu jajaran Kemendag sudah membuktikan itu, sehingga tinggal melakukan pemantauan. Ia menegaskan, siapapun pemimpinnya, jajaran Kemendag akan siap melanjutkan pekejeraannya.
"Mereka sudah siap, siapapun pemimpinannya mereka siap, berjalan terus sesuai agenda sesuai jadwal," ujar Enggar. (Wahyu Suryana)