Selasa 08 Oct 2019 07:57 WIB

Aktivis Lingkungan Blokir Jalan di Kota-Kota Besar Dunia

Unjuk rasa aktivis lingkungan menuntut pemerintah mengatasi perubahan iklim.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Pengunjuk rasa dari kelompok Extinction Rebellion
Foto: AP Photo/Matt Dunham
Pengunjuk rasa dari kelompok Extinction Rebellion

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Bersama gerakan Extinction Rebellion, para aktivis lingkungan memblokir jalan dalam aksi unjuk rasa di kota-kota besar di seluruh dunia. Unjuk rasa tersebut bagian dari protes menuntut pemerintah melakukan lebih banyak lagi untuk mengatasi perubahan iklim.

Unjuk rasa itu menghentikan lalu lintas di kota-kota di Eropa antara lain Berlin, London, Paris, dan Amsterdam. Di New York, para aktivis melumuri diri mereka dengan darah palsu dan berada di dekat lambang Wall Street sambil berbaring di jalan.

Baca Juga

Di beberapa kota para aktivis merantai diri mereka dengan kendaraan. Ada pula yang mendirikan tenda dan bersumpah tidak akan pindah.

"Anda mungkin datang dari berbagai kelompok, tapi kami akan berdiri menentang sistem yang telah menghancurkan planet dan umat manusia, dan kami meminta perubahan karena kami tidak bisa hanya membuat sedikit perubahan kami ingin perubahan besar," kata Pierrick Jalby, seorang perawat berusia 28 tahun yang menghadiri unjuk rasa di Paris, Selasa (8/10).

Para anggota gerakan Extinction Rebellion telah menggelar serangkaian mencolok pada tahun ini. Gerakan yang bermula di Inggris tersebut menuntut perubahan iklim. Dalam unjuk rasa, mereka kerap mengenakan topeng warna putih dan kostum warna merah serta darah palsu dalam jumlah banyak.

Di Berlin, sekitar 1.000 orang memblokir Grosser Stern, lingkar lalu lintas di taman Tiergarten. Unjuk rasa dimulai sebelum fajar. Sebanyak 300 orang lainnya memblokir Potsdamer Platz yang terletak di pusat Berlin. Mereka meletakkan sofa, kursi, meja, dan pot bunga di tengah jalan.

Pada akhir pekan, para pengunjuk rasa telah menggelar tenda di luar kantor Kanselir Jerman Angela Merkel. Hal itu dilakukan sebagai cerminan ketidakpuasan mereka atas kebijakan Merkel dalam mengatasi perubahan iklim. Kepala staf kabinet Merkel, Helge Braun mengkritik taktik pengunjuk rasa.

"Kami semua berbagi kepentingan dalam melindungi iklim, dan target iklim Paris adalah sadar kami dalam hal ini, jika Anda melakukan unjuk rasa menentang atau mendukung, itu tidak apa-apa, tapi jika Anda mengumumkan intervensi berbahaya di lalu lintas atau seperti ini, tentu tidak," kata Braun di stasiun televisi ZDF.

Braun menolak ide deklarasi 'darurat iklim'. Ia mengatakan konstitusi Jerman tidak menyediakan hal semacam itu.

Sekitar 1.000 pengunjuk rasa memblokir wilayah sekitar Chatelet di pusat kota Paris. Mereka berjanji akan menginap di tenda yang telah mereka dirikan. Beberapa orang duduk dan yang lainnya merantai diri mereka dengan tong besi. 

sumber : AP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement