Selasa 08 Oct 2019 19:52 WIB

Dua Pekan Mengungsi, Korban Gempa Ambon Keluhkan Sakit

Sejumlah penyakit sering dialami oleh anak-anak.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
ACT membantu korban gempa Ambon
Foto: Dok ACT
ACT membantu korban gempa Ambon

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua pekan pascagempa Ambon, para pengungsi mulai mengeluhkan sejumlah penyakit. Beberapa penyakit yang diderita di antaranya sesak napas, gatal-gatal, dan diare. Keluhan-keluhan itu diterima tim medis ACT saat melakukan pelayanan kesehatan di pengungsian Dusun Waiula, Desa Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Ahad (6/10).

Relawan Medis ACT, dokter Adriana Wiwi Padudung mengatakan sejumlah penyakit sering dialami oleh anak-anak. Selain sistem kesehatan anak-anak lebih rentan, kondisi pengungsian yang tidak layak, kotor, dan lembab turut menjadi pemicu penyakit.

Baca Juga

"Kalau malam dingin, pengungsi hanya tidur beralaskan tikar dibawah tenda terpal," ujar dokter Wiwi dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Selasa (8/10).

Dokter Wiwi menuturkan antisipasi penyakit bisa dilakukan dengan pindah ke tempat yang lebih bersih. Oleh sebab itu, pengungsi korban gempa Ambon harus menjaga kebersihan tenda.

“Ini menjadi tantangan tersendiri, memang sulit menjaga kebersihan dengan kondisi terbatas seperti di pengungsian,” ujarnya.

Berdasarkan data Humanity Data Center-ACT, ada 135.875 orang pengungsi yang terdampak gempa Ambon enggan kembali ke rumah akibat trauma. Tim ACT masih terus melakukan pendataan terkait keadaan pengungsi dan kerusakan fasilitas umum.

Tidak hanya memberi perhatian pada masalah kesehatan, sejak hari pertama gempa mengguncang ACT telah membuka posko kemanusiaan, pendistribusian logistik, dan aktivasi lima dapur umum. Komandan Disaster Emergency Response (DER)-ACT, Bambang Triyono mengatakan lokasi Dapur Umum ACT terdapat di Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Seram Bagian Barat. Dapur Umum diupayakan berada di bukit-bukit sebab para pengungsi di atas bukti kurang mendapat bantuan.

"Bantuan yang datang sudah lebih dulu habis di titik pengungsian di tepi jalan di bawah bukit," ujarnya. Untuk layanan kesehatan, Bambang menjelaskan tim medis ACT akan melayani para penyintas dari titik pengungsian ke pengungsian lain.

Saat ini para pengungsi disebut masih membutuhkan sejumlah keperluan mendesak seperti air bersih, makanan, tenda dan alas tenda. Belum lagi pengungsi yang tidak tersebar dalam kelompok-kelompok kecil.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement