REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Bank UOB Indonesia (UOB Indonesia) catatkan transaksi kartu kredit sebesar Rp 8 triliun hingga September 2019 (year to date). Cards and Payments Head UOB Indonesia Dessy Masri menyampaikan pertumbuhannya mencapai 28 persen.
"Kita sudah hampir mencapai nilai transaksi tahun lalu yang senilai Rp 8,5 triliun, jadi kita harapkan tahun ini bisa tumbuh minimal juga 28 persen," kata dia usai peluncuran program game online Game of Crown di Plaza UOB, Jakarta, Rabu (9/10).
Dessy menambahkan pertumbuhan nilai kartu kredit UOB diatas rata-rata industri yang hanya enam persen. Hal tersebut karena strategi segmentasi kartu kredit. Setiap menciptakan produk, harus jelas sasarannya siapa. Sejauh ini UOB memiliki lima produk kartu kredit.
Porsi mayoritas ditempati One Card yang khusus dikeluarkan untuk keluarga muda, yakni sekitar 23-25 persen. Selain itu ada kartu kredit khusus untuk perempuan, dan YOLO khusus untuk milenial muda. Masing masing kartu memiliki keunggulan yang berbeda disesuaikan dengan karakteristik nasabah.
"Dengan segmentasi ini, kita bisa terus tumbuh, nasabah terus menggunakan kartunya karena memang sesuai dengan kebutuhannya," kata Dessy.
Secara umum, penggunaan kartu kredit UOB mayoritas untuk transaksi di niaga daring, travel, dan dining. Porsi nilai transaksi di niaga daring mencapai 24 persen dengan pertumbuhan lebih dari 50 persen.
"Dari total Rp 8 triliun, komposisinya e-commerce mencapai 24 persen, travel 12-13 persen," katanya.
Dessy menambahkan rasio kredit bermasalah atau non performing lending (NPL) kartu kredit tetap terjaga sekitar dua persen. Selain itu sumbangsihnya terhadap pendapatan yakni sekitar 10 persen. Sementara jumlah kartu kredit yang beredar sekitar 350 ribu kartu dengan pertumbuhan stagnan sekitar 1-5 persen.