Kamis 10 Oct 2019 05:01 WIB

Ditolak Rektor UGM, UAS Diterima UII

Bila ditolak ceramah di UGM, UII siap terima UAS.

Rep: muhammad subarkah/ Red: Muhammad Subarkah
Ustaz Abdul Somad (UAS) saat memberikan kajian bersama di halaman Masjid Al-Huda,Talang,Jakarta,Sabtu (24/8) malam.
Foto: Republika/Prayogi
Ustaz Abdul Somad (UAS) saat memberikan kajian bersama di halaman Masjid Al-Huda,Talang,Jakarta,Sabtu (24/8) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dekan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII), Abdul Jamil, mengatakan pihaknya siap menerima kedatangan Ustadz Abdul Somad seandainya benar bila pihak Univeritas Gajah Mada menolak kedatangannya untuk memberikan ceramah di masjid universitas tersebut. Apalagi selama ini pihaknya benar-benar sudah menantikan kedatangannya.

''Kami sudah lama menunggu kehadirannya agar bisa berceramah di Fakultas Hukum UII. Nah, kesempatan itu akan bisa didapat bila Ustadz Abdul Somad (UAS) tidak dizinkan ceramah di UGM. Beliau kami akan undang untuk bercemarah di masjid kampus kami,'' kata Abdul Jamil, Rabu malam (9/10).

Abdul Jamil mengatakan, kedatangan UAS adalah sangat tepat untuk memberikan motivasi dan kesadaran rohani seluruh mahasiswa FH UII. Sebab, siraman rohani dari UAS selama ini sudah begitu dinantikan.

''Kami telah melakukan rapat. Hasil keputusannya FH UII pada hari itu siap mengundang beliau kalau pada tanggal itu ceramahnya digagalkan oleh takmir Masjid UGM. Kami sangat senang bila beliau datang. Kami jamin di sini tak ada yang menolak,'' kata Jamil lagi.

Sebelumnya, Republika.co.id memberitakan bila  Rektorat Universitas Gadjah Mada (UGM) menolak kedatangan Ustaz Abdul Somad (UAS). Namun, Ketua Takmir Masjid UGM, Drs Mashuri Maschab, menilai, penolakan itu cuma alasan menutupi ketidaksukaan UGM.

"Kita harus berterus terang, UGM tidak menyukai UAS," kata Mashuri saat ditemui Republika.co.id di kediamannya, Sleman, Rabu (9/10).

Ketika menemui dua wakil rektor UGM, Djagal Wiseso dan Bambang Agus, Mashuri sudah menyampaikan kalau mereka tidak akan berbohong. Maka itu, ia mengaku tidak akan menutupi apa pun dan bicara yang terjadi.

Selama pertemuan, lanjut Mashuri, Djagal menyebutkan berbagai alasan. Salah satunya tekanan alumni. Namun, Djagal meyakini, salah satu penjelasan soal tekanan alumni dari luar menjadi alasan terkuat UGM untuk membatalkan kedatangan UAS.

"Alasannya itu karena UGM dapat tekanan, saya bilang, 'pak kalau kita bicara tekanan kita harus seimbang, ada yang pro dan kontra, ada yang suka ada yang tidak suka, itu harus diperhatikan'," ujar Mashuri.

Sayang, lanjut Mashuri, saat itu Djagal tidak mengungkapkan alumni yang dimaksud. Bahkan, Mashuri sempat menanyakan apakah alumni itu pernah ke masjid, berinfaq ke masjid, sampai menolak acara-acara masjid?

"Nah kalau alumni itu di Jakarta, di Manado, misalkan, menolak cuma lewat WA, kan tidak adil, kalau alumni yang menolak itu sering datang itu pasti kita perhatikan," kata Mashuri.

Mashuri menerangkan, Takmir Masjid UGM sendiri sudah memenuhi kondisi kondisi yang diminta sebelum mengundang UAS. Mulai dari tidak memakai baliho, spanduk atau banner sampai tidak memakai konsep tabligh akbar.

Ia menjelaskan, konsepnya memang seperti diskusi panel dan terbilang serius, tanpa banyak gelak tawa. Karena itu, takmir Masjid UGM memang tidak menyebarkan undangan-undangan secara luas.

Walau komunikasi kepada UAS sudah dilakukan sejak 11 September 2019 lalu, kabar itu tidak lantas disebarluaskan. Bahkan, Rektorat, Dekan, Kepala Pusat Studi lebih dulu disampaikan baru ke rekan-rekan takmir.

Itu pula tampaknya yang membuat kesabaran Mashuri sudah mencapai puncak. Sebab, ketika kondisi-kondisi itu sudah dipenuhi, takmir Masjid UGM tetap diminta membatalkan rencana mendatangkan UAS.

"Tadi saya sudah mengatakan, Pak (Djagal) saya ini orang jujur, saya tidak mau berbohong, dan kali ini kalau misalnya masih dilarang saya tidak akan menutup-nutupi, saya akan bicara ke publik," ujar Mashuri.

Ia menegaskan, Takmir Masjid UGM memang telah mengundang UAS untuk datang. Karenanya, Mashuri mengaku tidak akan pernah membohongi diri mengatakan dia membatalkan karena memang dia tidak mau membatalkan.

"Saya tidak akan membohongi diri saya, kemudian (agar) tidak datang menggunakan alasan macam-macam, ya sudah, karena yang melarang bukan saya," kata Mashuri.

Sebelumnya, UAS sendiri diundang takmir Masjid UGM untuk hadir pada Sabtu (12/10) mendatang. Rencananya, UAS akan mengisi kuliah umum bertajuk Integrasi Islam dengan IPTEK: Pondasi Kemajuan Indonesia.

Sementara itu Ustaz Abdul Somad (UAS) selama Oktober 2019 memiliki sejumlah agenda keliling Nusantara. Salah satu lokasi kegiatan yang direncanakan ialah Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Daerah Istimewa Yogyakarta, yakni pada Sabtu (12/10) mendatang.

Namun, kabar teranyar menyebutkan, rencana alumnus Universitas al-Azhar Mesir itu agaknya pupus. Sebab, pihak UGM hendak membatalkannya secara sepihak.

Terkait hal itu, UAS mengaku akan mengikuti permintaan pihak pengundang. Sebab, dirinya dan tim semata-mata bertamu. Sebagai tamu yang baik, tentunya tidak ingin memberatkan tuan rumah.

“Saya ikut panitia saja. Kalau memberatkan, saya tidak datang,” ujar UAS kepada Republika.co.id, Rabu (9/10). Sebelumnya, pimpinan UGM mengonfirmasi rencana pembatalan kuliah umum yang akan dibawakan UAS.

“Berkaitan dengan acara yang rencananya akan diselenggarakan tanggal 12 Oktober 2019, maka pimpinan universitas meminta agar rencana tersebut dibatalkan,” ujar Kepala Humas dan Protokol UGM, Iva Ariani, kepada wartawan, Rabu (9/10).

Sebelumnya, beredar undangan kuliah umum bertajuk Integrasi Islam dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek). Agenda itu hendak dilaksanakan di Masjid Kampus UGM, Sabtu (12/10) mendatang.

Kuliah umum tersebut bertema 'Islam dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek): Pondasi Kemajuan Indonesia'. Kegiatan tersebut rencananya akan dimulai Sabtu pukul 12.45 WIB hingga selesai.

Agenda itu rencananya diisi dua pembicara, ada Prof Heddy Shri Ahimsa Putra dan Ustaz Abdul Somad. Menurut Iva, pembatalan dilakukan karena kegiatan-kegiatan itu tidak selaras jati diri UGM.

"Hal tersebut dilakukan untuk menjaga keselarasan kegiatan akademik dan kegiatan nonakademik dengan jati diri UGM," ujar Iva.

Hingga kini, pembatalan itu sendiri masih menjadi polemik. Namun, Iva menambahkan, surat pembatalan atau penolakan yang dikeluarkan Rektorat UGM sudah dalam proses untuk dikirim ke Takmir Masjid UGM. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement