Kamis 10 Oct 2019 08:00 WIB

Irak Umumkan Tiga Hari Berkabung Nasional

Pemerintah Irak menyesalkan banyaknya warga yang tewas dalam demonstrasi.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Agung Sasongko
Pengunjuk rasa melakukan pembakaran dan memblokir jalan selama demonstrasi di Baghdad, Irak, Ahad (6/10). Lebih dari 100 orang meninggal dalam protes tersebut.
Foto: AP Photo/Khalid Mohammed
Pengunjuk rasa melakukan pembakaran dan memblokir jalan selama demonstrasi di Baghdad, Irak, Ahad (6/10). Lebih dari 100 orang meninggal dalam protes tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Perdana Menteri Irak Adel Abdul-Mahdi mengumumkan tiga hari berkabung nasional. Hal itu merupakan respons atas banyaknya korban jiwa dalam gelombang demonstrasi yang berlangsung sejak pekan lalu.

Abdul-Mahdi menyesalkan banyaknya warga Irak yang tewas dalam demonstrasi. Sebab dia mengklaim bahwa pemerintah tidak pernah memberikan instruksi kepada pasukan keamanan untuk menembak para pengunjuk rasa.

“Kami memberikan perintah yang jelas untuk tidak menggunakan tembakan langsung, tapi masih ada korban penembakan,” kata dia dalam sebuah konferensi pers pada Rabu (9/10), dikutip laman Arab News.

Abdul-Mahdi berjanji bahwa akan memproses dan menindak oknum aparat atau personel militer yang terbukti menembaki para demonstran. Pada kesempatan itu dia pun mengumumkan tentang perombakan kabinet.

“Kami akan meminta parlemen untuk memberikan suara besok tentang perubahan pada kementerian,” ujarnya seraya menambahkan bahwa pemerintah akan merujuk nama-nama ratusan pejabat yang korup ke pengadilan untuk diselidiki.

Aksi demonstrasi di Irak berlangsung sejak 1 Oktober lalu. Masyarakat turun ke jalan untuk memprotes permasalahan yang mereka hadapi, seperti meningkatnya pengangguran, akses terhadap layanan dasar, termasuk air dan listrik, yang terbatas serta praktik korupsi yang merajalela di tubuh pemerintahan.

Namun gelombang demonstrasi berujung dengan pertumpahan darah. Bentrokan antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan telah menyebabkan sedikitnya 110 orang tewas dan lebih dari 6.000 lainnya luka-luka.

Presiden Irak Barham Salih telah mengutuk kekerasan terhadap para demonstran dan jurnalis. Salih mengatakan gelombang demonstrasi yang terjadi selama sepekan terakhir dipicu oleh kesengsaraan yang dirasakan warga Irak. Namun dia menyesalkan aksi itu direspons dengan tindakan represif.

“Pemuda yang tewas dalam demonstrasi telah meninggalkan luka di dada yang tidak bisa disembuhkan hanya dengan jaminan. Apa yang telah terjadi harus dianggap penghasutan dan kejahatan yang tidak bisa ditoleransi,” kata Salih dalam pidato yang disiarkan pada Senin lalu, dikutip laman Al Arabiya.

Militer Irak telah mengakui bahwa pihaknya mengerahkan kekuatan berlebih dalam menangani para demonstran, terutama di Baghdad. Setidaknya 13 orang dilaporkan tewas akibat bentrokan di kota tersebut pada akhir pekan lalu.

“Kekuatan berlebihan di luar aturan keterlibatan telah digunakan dan kami telah mulai meminta pertanggung jawaban para perwira komandan yang melakukan tindakan salah ini,” kata militer Irak dalam sebuah pernyataan pada Senin lalu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement