Kamis 10 Oct 2019 10:04 WIB

Kisah Nasabah BTPN Syariah yang Sukses Usaha Pakaian Dalam

Setiap hari, Yeti dapat memproduksi hingga 700 potong pakaian dalam.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
Aktivitas konveksi Yeti Cahyati (53) di Bandung.
Foto: Republika/Novita Intan
Aktivitas konveksi Yeti Cahyati (53) di Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPN Syariah) berupaya meningkatkan pemberdayaan nasabah perempuan di segmen prasejahtera produktif. Pemberdayaan nasabah perempuan dilakukan karena perempuan dianggap memiliki andil besar dalam perekonomian keluarga, sehingga dapat membantu dalam menggerakkan perekonomian di Indonesia.

Manfaat program pemberdayaan nasabah perempuan pun dirasakan oleh warga di Kabupaten Soreang, Bandung, Jawa Barat. Sebelum mengenal dan bergabung BTPN Syariah, Yeti Cahyati (53) memiliki usaha kecil kecilan seperti berjualan gorengan dan makanan kecil. Kemudian dia bergabung BTPN Syariah pada 2012 dengan pinjaman awal Rp 1,5 juta dan menggunakan pembiayaan tersebut untuk menambah modal usaha yang sudah berjalan. 

"Saya jualan bolu saat dapat pinjaman awal," ujarnya kepada wartawan di Bandung, Kamis (9/10).

Setelah berjalan beberapa tahun, Yeti memilih untuk mencoba usaha konveksi dengan memproduksi pakaian dalam wanita dan pria, makanan bolu loyang dan tape ketan. "Selama bersama BTPN Syariah saya ikut pelatihan-pelatihannya serta pendampanginanya," katanya.

Karena usaha yang dijalaninya semakin berkembang, Yeti mendapat kepercayaan untuk menerima pembiayaan di BTPN Syariah sampai Rp 35 juta. Hingga saat ini, dia memiliki tempat usaha dengan omzet mencapai Rp 10 juta-Rp 20 juta per pekan. 

"Setiap pendanaan saya belikan mesin, sekarang mesin ada 10 unit. Kemudian produksi 80 lusin atau 700 potong setiap harinya. Produksi kami sudah masuk ke Tanah Abang dan mal sekitar Bandung," ucapnya.

Berkat pendampingan tim BTPN Syariah, usaha konveksi dan makanannya miliknya pun semakin berkembang. Kini, Sari sudah memiliki delapan karyawan yang membantu usahanya.

"Harga yang di jual sekitar Rp 5.000 untuk size XL untuk pakaian dalam wanita dan pria. Kalau bolu loyang dan tape ketan di jual 10 ribu per buah," katanya.

Hasil jerih payahnya pun kini dapat dirasakan Yeti, dengan hasil usahanya tersebut dia mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi. Ia juga dapat mewujudkan mimpi suaminya melaksanakan umrah. 

"Merk pakaian dalam punya kami BHK, pemberian dari suami. Reseller juga banyak sekarang alhamdulillah mereka juga ke Shoppe atau Lazada, ada juga yang dikirim ke Kalimatan, Bali, Sumatera dan Jakarta," jelasnya.

Yeti mengaku selalu menjalankan usahanya dengan rajin dan disiplin. Dia pun meyakini dengan disiplin dalam usaha akan menjadikan usaha tersebut terus berkembang. 

"Usaha saya dibantu kelima anak saya. Alhamdulillah mau umrah rencananya," ucapnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement