REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Plh Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Agus Wibowo menyampaikan bahwa keluarga tangguh bencana (Katana) merupakan mikromoskos dari penanggulangan bencana. Katana bagian dari desa tangguh bencana (Destana) ini akan diterapkan di tahun 2020.
Menurut Agus, konsep Katana sangat penting dan perlu dikembangkan sekaligus diterapkan secara berkelanjutan. Melalui konsep Katana diharapkan masyarakat semakin tangguh dan tahan menghadapi bencana.
"Pada peringatan bulan pengurangan risiko bencana 2019 di Pangkal Pinang, Pulau Bangka, Kepulauan Bangka Belitung pada Jumat (11/10), salah satu yang dibahas dalam Technical Event #12 adalah tentang Katana," kata Agus melalui siaran pers, Sabtu (12/10).
BNPB berpandangan bahwa keluarga memiliki peran penting dalam pengurangan risiko bencana. Karena keluarga adalah struktur masyarakat terkecil pertama yang memberikan sosialisasi kepada setiap anggotanya. Keluarga dapat memberikan sosialisasi pendidikan bencana sejak dini kepada anak-anak dan remaja.
Kasubdit Peran Lembaga Usaha BNPB, Firza Ghozalba mengatakan, sasaran prioritas program Katana adalah masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana. Melalui program Katana, keluarga yang hidup di daerah rawan bencana akan ditingkatkan ketangguhannya dalam menghadapi potensi bencana.
Sebab, menurutnya permasalahan di lapangan umumnya adalah mininya kesiapsiagaan warga menghadapi bencana. Jika kesiapsiagaan ditingkatkan maka masalah akan teratasi dan korban bencana akan semakin kecil.
"Kunci Katana adalah adanya kemitraan antar lintas sektor, Katana ini bukan milik BNPB tetapi program bersama baik di pemerintahan maupun pemangku kepentingan lainnya," ujarnya.
Dia menjelaskan, ada tiga tahapan dalam Katana. Pertama, sadar dan mengetahui risiko bencana di lingkungannya. Kedua, mengetahui dan memperkuat struktur bangunan, paham manajemen bencana dan pendidikan tentang bencana. Ketiga, berdaya yakni mampu menyelamatkan diri sendiri keluarga dan tetangga.
Firza mengingatkan, potensi ancaman bencana dan jumlah masyarakat yang berisiko terkena bencana sangat banyak di Indonesia. Maka perlunya meningkatkan kemampuan dan keterampilan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana secara terus menerus.
"Sehingga masyarakat di seluruh Indonesia dapat mengetahui bagaimana harus merespon dan menghadapi situasi kedaruratan bencana," jelasnya.
BNPB menyampaikan, ada tiga poin penting yang menjadi usulan program Katana. Pertama, Katana dapat menjadi sokoguru ketangguhan komunitas dan keluarga terhadap risiko bencana. Kedua, Katana menggunakan informasi berbasis teknologi untuk memperkuat upaya-upaya ketahanan keluarga dan lingkungan yang ujungnya pada ketahanan bangsa. Ketiga, Katana harus melibatkan kelompok rentan seperti anak-anak, ibu hamil, lansia dan perempuan.