Selasa 15 Oct 2019 17:49 WIB

Lampung Masih Impor Gula dan Gandum

Nilai impor pada September 2019 mencapai 164,45 juta dolar AS.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Karta Raharja Ucu
gandum
Foto: Pixabay
gandum

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Nilai impor beragam komoditas Provinsi Lampung mengalami penurunan pada September 2019 dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, Provinsi Lampung masih mengimpor gula dan kembang gula serta gandum-ganduman yang jumlahnya meningkat bulan ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung merilis dalam Berita Resmi Statistik, Selasa (15/10), nilai impor pada September 2019 mencapai 164,45 juta dolar Amerika Serikat (AS), mengalami penurunan sebesar 104,18 juta dolar AS atau turun 38,78 persen dibandingkan Agustus 2019 yang tercatat 268,63 juta dolar AS. Nilai impor September 2019 tersebut lebih rendah 74,10 juta dolar AS atau turun 31,06 persen jika dibandingkan September 2018 yang tercatat 238,55 juta dolar AS.

Kepala BPS Lampung Yeane Irmaningrum mengatakan, dari lima golongan barang impor utama pada September 2019, tiga di antaranya mengalami penurunan yang signifikan, yakni binatang hidup turun 30,11 persen, mesin-mesin/pesawat mekanik turun 85,47 persen, ampas/sisa industri makanan turun 82,24 persen.

“Adapun dua golongan barang lainnya mengalami peningkatan yaitu gula dan kembang gula naik 36,14 persen dan gandum-ganduman naik 84,96 persen,” kata Yeane didampingi Kepala Bidang Statistik Distribusi Riduan di Kantor BPS Lampung, Selasa (15/10).

Sedangkan kontribusi lima golongan barang utama terhadap total impor Provinsi Lampung pada September 2019 mencapai 27,54 persen, di antaranya binatang hidup 9,65 persen, gula dan kembang gula 8,94 persen, mesin-mesin/pesawat mekanik 3,13 persen, gandum-ganduman 2,98 persen, dan ampas/sisa industri makanan 2,85 persen.

Yeane menyebutkan, negara pemasok barang impor ke Lampung pada September 2019 menurut kelompok utama berasal dari AS sebesar 36,14 juta dolar AS, Uni Emirat Arab (UEA) 33,84 juta dolar AS, Australia 33,46 juta dolar AS, Kuwait 15,64 juta, dan Tiongkok 5,76 juta dolar AS. Jika dilihat menurut kelompok negara, impor terbesar berasal dari kelompok negara utama yakni AS, UEA, Australia, Kuwait, dan Tiongkok sebesar 38,23 persen. Sedangkan kawasan ASEAN sebesar 11,27 persen dan kelompok Uni Eropa 0,72 persen.

“Total impor dari negara utama September 2019 mencapai 153,61 juta dolar AS,” katanya.

Seperti diketahui, setidaknya di Provinsi Lampung terdapat tiga pabrik gula besar yakni PT Bunga Mayang (milik PT Perkebunan Nusantara VII), PT Gunung Madu Plantation, dan PT Sugar Group. Ketiga pabrik gula tersebut, berkontribusi pada kebutuhan gula nasional mencapai 30 persen.

PT Buma Cima Nusantara (BCN), yang mengelola Pabrik Gula (PG) Bunga Mayang di Kabupaten Lampung Utara, menargetkan giling perdana tahun 2019 sebanyak 62 ribu ton gula. Anak perusahaan PTPN VII tersebut, telah menyiapkan giling perdana selama dua bulan 20 hari.

“Target yang akan dicapai pada produksi perdana total Bunga Mayang sebanyak 62 ribu ton. Sedangkan, produksi PG sendiri mencapai 40 ribu ton,” kata Dirut PTPN VII Muhammad Hanugroho, beberapa waktu lalu.

Jumlah produksi ini meningkat 15 persen sampai 20 persen bila dibandingkan tahun lalu. Hanugroho mengatakan, ada banyak hal yang menyebabkan pencapaian tahun lalu rendah. Namun demikian, perseroan berharap produksi tahun ini bisa lebih baik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement