Jumat 18 Oct 2019 16:54 WIB

Jokowi Minta Maaf Sering Telepon Menterinya Tengah Malam

Jokowi meminta maaf atas gangguan juga mengaku kerap memotong kompas koordinasi.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Andi Nur Aminah
Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) bersiap untuk berfoto bersama sebelum acara silaturahmi kabinet kerja di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (18/10/19).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) bersiap untuk berfoto bersama sebelum acara silaturahmi kabinet kerja di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (18/10/19).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar acara ramah tamah perpisahan dengan jajaran menteri Kabinet Kerja di Istana Negara, Jumat (18/10) siang. Dalam sambutan perpisahannya, Jokowi sempat meminta maaf kepada jajaran menterinya lantaran kerap menelpon saat tengah malam.

Jokowi menyebut, sejumlah pejabat negara yang kerap ia 'ganggu' tengah malam seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. "Ya itulah gangguan-gangguan yang sering saya lakukan karena negara ini memerlukan kerja kita semuanya," ujar Jokowi di hadapan para menteri Kabinet Kerja.

Baca Juga

Dalam sambutannya, Jokowi juga mengakui kerap memotong kompas alias menggunakan jalan pintas dalam melakukan koordinasi kebijakan. Misalnya, dalam beberapa kesempatan Jokowi lebih memilih langsung berkomunikasi dengan Komandan Korps Marinir Mayjen Suhartono dan KSAD Jenderal Andika Perkasa, ketimbang harus melalui Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Tak hanya itu, Jokowi juga mengaku memilih langsung memanggil direktur utama (dirut) perusahaan pelat merah tanpa harus melalui Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno.

"Karena keperluannya sangat mendesak. Hal-hal seperti itu harus saya kerjakan. Informasi yang dibutuhkan, tengah malam, pagi subuh. Karena kita diberi tanggung jawab kelola 260 juta jiwa di negara kita," ujar Presiden Jokowi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement