Sabtu 19 Oct 2019 03:04 WIB

Nasib Orang yang Mengolok-olok Rasulullah

Sosok al-'Ash bin Wa'il kerap mengolok-olok Rasulullah

Gurun Sahara. Ilustrasi
Foto: Reuters
Gurun Sahara. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam menunaikan tugas kenabian, Rasulullah Muhammad SAW menghadapi banyak cobaan. Di antara para penentang dakwah Islam ialah al-‘Ash bin Wa’il.

Dia berasal dari Bani Sahm. Secara genealogis, al-‘Ash  masih saudara ipar Abu Jahal karena istrinya, Ummu Hirmalah, merupakan saudara kandung tokoh Quraisy itu.

Baca Juga

Al-‘Ash memiliki dua orang putera yang pada akhirnya memeluk Islam: Hisyam dan ‘Amr.

Hisyam bin al-‘Ash termasuk pemuda pertama yang beriman kepada Rasulullah SAW. Begitu mengetahui keislaman anaknya itu, al-‘Ash menyiksa Hisyam hampir setiap hari. Dia justru merasa bangga karena dipuji-puji para pemimpin Quraisy yang menilai al-‘Ash lebih melindungi agama nenek moyang daripada nyawa anaknya sendiri.

Saudara kandung Hisyam yang lebih tua bernama ‘Amr bin al-‘Ash. Sejarah mengenangnya sebagai sang pembebas Mesir. ‘Amr masuk Islam lebih belakangan daripada Hisyam.

Al-‘Ash terkenal sebagai sosok yang cerdas. Dia gemar mendebat Rasulullah SAW di depan khalayak umum. Tujuannya mempermalukan beliau sehingga orang-orang tidak mau mendengarkan dakwah Islam.

photo
Rasulullah

Salah satu ajaran Islam yang paling ditentangnya ialah kepercayaan tentang akhirat. Al-‘Ash menganggap adanya kehidupan setelah kematian di dunia bertentangan dengan akal. Karena itu, dia menertawakan keyakinan tentang Hari Kiamat. Dalam istilah kekinian, al-‘Ash merupakan penganut materialisme.

Suatu ketika, al-‘Ash membawa sejumlah tulang belulang ke hadapan Rasulullah SAW.

“Wahai Muhammad, benarkah Tuhanmu sanggup menghidupkan kembali tulang-tulang yang sudah hancur lebur ini?” tanya al-‘Ash dengan nada meremehkan.

“Tentu Allah akan mematikanmu, lalu menghidupkanmu, dan tempatmu kelak adalah neraka,” jawab Nabi SAW.

Peristiwa itu menjadi sebab turunnya surah Yasin ayat 78-79.

Artinya, “Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: ‘Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?’ Katakanlah: ‘Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.’”

Pada lain waktu, al-‘Ash bahkan menyinggung perasaan Nabi SAW. Saat itu, Rasulullah SAW dan kaum Muslimin sedang berduka. Sebab, putera beliau, Ibrahim, belum lama meninggal dunia.

Ketika Rasulullah SAW sedang lewat, al-‘Ash berkata dengan intonasi suara yang sengaja dikeraskan, “Lihat, itu Muhammad. Orang yang pupus keturunannya. Kalian tenang saja. Tidak lama lagi dia akan mati juga.”

Turunlah surah al-Kautsar ayat ketiga, yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang membencimu (Muhammad), dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” Dengan ayat tersebut, Allah SWT membantah al-‘Ash sekaligus mengangkat moral Nabi SAW dan umat Islam pada umumnya.

Akhir hidup al-‘Ash sungguh tragis. Dia mengalami kecelakaan dalam perjalanan ke Thaif. Saat sedang beristirahat, kakinya tertusuk duri. Tak lama kemudian, kedua kakinya membengkak hingga sebesar leher unta.

Sejak saat itu, al-‘Ash hanya bisa tergeletak tak berdaya di atas dipan. Bahkan, tidak hanya kakinya. Seluruh tubuhnya kemudian membusuk sehingga orang-orang tak sudi mendekatinya. Demikian keadaannya sebelum menghembuskan nafas terakhir.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement