REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terbentuknya kabinet pelangi dan gemuk pada periode kedua Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dapat berdampak pada realisasi janji dan programnya ke depan. Jika ada menteri atau wakil menteri yang menghambat kerjanya, maka Jokowi semestinya berani melakukan pergantian atau reshuffle secepatnya.
"Kenapa kabinet pelangi? Karena semua unsur ada di dalamnya. Ada partai penguasa, ada partai yang tidak lolos parlemen, ada relawan, ada oposisi juga di dalamnya," ujar Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, di Jakarta, Sabtu (26/10).
Menurut Adi, kabinet pelangi ini adalah tantangan nyata bagi Jokowi untuk menunjukkan sikap kepemimpinan yang baik. Sikap yang mampu mengonsolidasi dan membuat solid partai-partai koalisi, parlemen, dan para menteri dan wakil menterinya yang berasal dari berbagai latar belakang itu.
"Kalau dia mampu mengonsolidasi parlemen, mengonsolidasi menteri dan para wakilnya, saya kira semua perubahan ke depan akan begitu mudah untuk didapatkan. Tapi pada saat yang bersamaan kalau gagal menyolidkan, mengonsolidasi para pendukungnya, justru ini akan menjadi beban kepada Pak Jokowi," katanya.
Selain berasal dari berbagai kalangan dan partai politik, kabinet Jokowi pada periode kedua ini lebih gemuk ketimbang periode pertamanya. Hal ini Adi sebut akan dapat menyebabkan pelambatan dalam pengambilan keputusan. Akan ada banyak kompromi dan pertimbangan yang dilakukan untuk mengambil keputusan strategis yang semestinya lekas dieksekusi.
"Di sinilah kemudian leadership, kepentingan, dan keinginan Jokowi sebagai Presiden yang tanpa beban, tanpa ada intervensi oleh siapa pun itu sangat ditunggu oleh banyak orang," jelasnya.
Adi mengatakan, dengan kabinet pelangi dan gemuk itu, Jokowi perlu bersikap tegas dan berani untuk melakukan perombakan kabinet atau reshuffle. Sehingga, jika nantinya ada pembantunya yang bekerja tidak sesuai harapan dapat lekas diganti oleh orang-orang yang lebih baik lagi.
"Jadi 3-4 bulan kalau ada menterinya yang tidak maksimal ganti saja. Kalau dia dari partai politik, minta dari partai politik bersangkutan untuk diganti dengan kader terbaiknya," ungkap Adi.