REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan perincian kondisi terakhir Pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi sebelum tewas bunuh diri, Ahad (27/10). Baghdadi menyulut bom bunuh diri dalam upaya terakhir karena terdesak pasukan AS.
"Dia mencapai ujung terowongan ketika anjing-anjing kami mengejarnya. Dia menyalakan rompinya, membunuh dirinya sendiri dan ketiga anaknya," ujar Trump.
Al-Baghdadi merupakan sosok pemimpin kelompok ISIS sejak 2010. Dia melakukan bunuh diri dengan meledakkan rompi setelah melarikan diri ke terowongan buntu ketika pasukan AS mendekat.
Dalam melakukan aksi bom bunuh diri, al-Baghdadi pun menewaskan ketiga anaknya dan beberapa korban lainnya. Trump mengatakan, aksi tersebut dibumbui dengan "Dia meninggal, merintih, menangis, dan menjerit."
Untuk memastikan itu sosok pemimpin ISIS, Trump menyatakan, pasukan AS telah melakukan identifikasi dengan tes DNA 15 menit kemudian dan hasilnya positif. "Dia adalah orang yang sakit dan bejat dan sekarang dia meninggal," kata Trump.
Trump mengatakan, delapan helikopter membawa pasukan khusus AS ke kompleks tempat persembunyian al-Baghdadi. Pasukan harus menghadapi tembakan sebelum meledakkan jalan masuk melalui dinding agar bisa menghindari pintu utama yang memiliki jebakan bom.
Pasukan AS menghabiskan sekitar dua jam di wilayah tersebut. Trump menambahkan, mereka pun telah mengambil materi dan informasi yang sangat sensitif.
Insiden itu, menurut Trump, tidak menelan korban jiwa dari pasukan AS. Dia juga berterima kasih kepada Rusia, Turki, Suriah, dan Irak atas dukungan yang telah mereka berikan.
Al-Baghdadi telah lama dicari oleh AS. AS bahkan menawarkan hadiah 25 juta dolar AS untuk penangkapannya. Dia menjadi pemimpin kelompok militan yang mengendalikan wilayah besar Suriah dan Irak di mana dia menyatakan kekhalifahannya.
Trump pun menyatakan, menangkap atau membunuh al-Baghdadi telah menjadi prioritas keamanan nasional pemerintahannya. Dia menyaksikan proses penyerangan itu langsung di Gedung Putih.
Beberapa jam setelah pengumuman tewas al-Baghdadi, milisi YPG Kurdi Suriah mengatakan, juru bicara ISIS Abu al-Hassan al-Muhajir yang digambarkan sebagai tangan kanan Baghdadi juga tewas dalam serangan gabungan. Dia berhasil ditumbangkan di tempat terpisah oleh pasukan Kurdi dan pasukan AS di Suriah utara.
"Kematian Baghdadi merupakan pukulan besar bagi kapasitas organisasi untuk meningkatkan pangkatnya, memobilisasi pendukungnya yang ada dan mengembangkan momentum yang dapat mengembalikannya ke kejayaan masa lalu," kata analis Brookings Institution di Doha yang fokus pada Irak Ranj Alaaldin.
Kematian al-Baghdadi merupakan pukulan telak bagi ISIS yang telah berantakan dan belum memiliki penggantinya sebagai pemimpin. Namun, kelompok itu di masa lalu terbukti tangguh, terus meningkat atau mengilhami serangan di wilayah tersebut dan sekitarnya meskipun kehilangan sebagian besar wilayahnya dalam beberapa tahun terakhir.
"Itu mengatakan, ISIS masih akan menjadi ancaman teroris yang kuat dan di bawah tanah," kata Alaaldin.
Berita kematian al-Baghdadi pun disambut suka cita oleh masyarakat Suriah. Seorang pilot bernama Safi Al-Kasaesbeh merasa lega dengan berita kematian pemimpin ISIS tersebut.
"Saya bangga dan bahagia pada hari ini, setelah mendengar kematian Abu Bakar al-Baghdadi, pria korup ini, serangga ini, virus yang menyebar ke seluruh tubuh tidak hanya bangsa Arab tetapi juga bangsa Muslim, yang terdistorsi citra Muslim dan Islam," kata Al-Kasaesbeh.
Kelompok ini telah mengklaim bertanggung jawab atas atau menginspirasi serangan di puluhan kota berbagai negeri, termasuk Paris, Nice, Orlando, Manchester, London dan Berlin, Turki, Iran, Arab Saudi, dan Mesir. Namun, pada tahun 2017 ISIS kehilangan kendali atas Mosul di Irak dan Raqqa di Suriah dan dengan cepat setelah itu hampir semua wilayahnya, mengubah al-Baghdadi menjadi buronan.