Senin 28 Oct 2019 15:46 WIB

Baghdadi Tersudut di Ujung Terowongan Lalu Ledakkan Diri

Donad Trump pastikan Abu Bakr al-Baghdadi tewas dalam operasi khusus AS di provinsi Idlib, Suriah. Kematian pemimpin ISIS ini dianggap sebagai pukulan telak bagi kelompok militan ISIS.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
picture-alliance/dpa/A. Harnik
picture-alliance/dpa/A. Harnik

Presiden AS Donald Trump mengumumkan pada hari Minggu (27/10), bahwa pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi tewas di wilayah utara Suriah.

"Tadi malam, Amerika telah memberi pemimpin teroris nomor satu di dunia itu dengan apa yang dinamakan keadilan. Abu Bakr al-Bahdadi telah tewas,” ujar Trump.

"Dia tersudut di ujung terowongan ketika anjing-anjing pelacak kami memburunya,” Trump menambahkan. Al-Baghdadi diketahui meledakkan diri dengan rompi yang berisi bahan peledak ketika ia telah terpojok di sebuah terowongan. Ledakan tersebut juga menewaskan tiga orang anaknya.

Pasukan khusus AS baru dapat mengidentifikasi jasad al-Baghdadi 15 menit setelah ia meledakkan diri, dengan melakukan tes DNA di tempat kejadian perkara. Kepastian tes DNA ini sangat penting, kerna sebelumnya al-Baghdadi beberapa kali pernah dikabarkan tewas.

Tidak ada korban jiwa dari pihak AS selama operasi khusus tersebut berlangsung.

Ketakutan saat hendak ditangkap

Menurut Trump, pasukan AS berhasil mengumpulkan sejumlah dokumen penting mengenai organisasi ISIS, termasuk informasi mengenai sejarah ISIS dan rencana mereka ke depan.

Trump memaparkan bahwa intelijen Amerika telah memantau keberadaan al-Baghdadi selama dua minggu terakhir.

"Di saat-saat terakhir masa hidupnya, ia sangat ketakutan, panik, takut akan datangnya pasukan khusus Amerika,” jelas Trump.

"Dia adalah orang gila dan bejat, namun sekarang ia telah pergi,” imbuhnya.

Menteri Pertahanan AS, Mark Esper, menyampaikan awalnya operasi tersebut bertujuan untuk menangkap al-Baghdadi hidup-hidup.

Nama al-Baghdadi muncul saat ia mengumumkan membangun negara kekhalifahan di wilayah Suriah dan Irak dibawah naungan organisasi teror pada tahun 2014 silam.

Reaksi dunia

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengatakan tewasnya al-Baghdadi adalah momen penting, tetapi ia juga memperingatkan bahwa tewasnya al-Baghdadi tidak menandai berakhirnya ISIS.

"Kematian al-Baghdadi adalah momen penting bagi perjuangan kita dalam melawan terorisme, tapi perlawanan kita terhadap mereka, kaum Daesh, belum berakhir,” ujar Johnson. "Kami akan bekerja sama dengan para rekan kami untuk mengakhiri peristiwa pembunuhan dan perilaku barbar kaum Daesh untuk selamanya.”

Menteri Pertahanan Prancis, Florence Parly, juga berkomentar atas kematian al-Baghdadi. "Bersama para rekan kami, kami terus berperang melawan ISIS dan akan menstabilkan kondisi di wilayah tersebut.”

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengucapkan selamat kepada Trump atas keberhasilan operasi pasukan khususnya.

Baca juga: NATO: Perang Melawan ISIS Belum Berakhir

Banyak pihak berperan?

Sementara itu, para sekutu Amerika saling klaim mengambil peran dalam operasi khusus ini. Komandan milisi Kurdi Pasukan Demokratik Suriah (SDF), yang menjadi pionir perang melawan ISIS yang dibekingi Amerika ini, mengklaim intelijen mereka telah ikut berperan dalam operasi yang menewaskan al-Baghdadi.

Namun Irak mempertanyakan klaim tersebut, dengan mengatakan bahwa mereka adalah pihak yang menemukan tempat persembunyian al-Baghdadi dan memasok informasi intelijen kepada Amerika.

Lebih lanjut, Trump pun mengucapkan terima kasih kepada Rusia, Turki, Suriah, Irak, dan Kurdi atas kontribusi mereka terhadap keberhasilan operasi tersebut. Namun, Kementerian Pertahanan Rusia mengaku tidak memiliki informasi apa pun mengenai operasi yang menargetkan al-Baghdadi tersebut.

ISIS diketahui telah kehilangan banyak wilayah kekuasannya akibat serangkaian serangan internasional maupun dari dalam negeri itu sendiri. Iraq sebelumnya resmi menyatakan telah mengalahkan ISIS dua tahun lalu setelah berhasil membebaskan kota Mosul, yang pernah dianggap sebagai ibu kota de facto negara ISIS.

Baca juga: Tanpa ISIS, Perempuan Irak Bergerak Menjemput Kebebasan

Kecewa dengan Eropa

Dalam konferensi persnya, Trump menunjuk Eropa dan meyatakan kekecewaannya terhadap upaya mereka dalam memberantas ISIS.

"Peran negara-negara Eropa sangatlah mengecewakan,” ujar Trump, merujuk sejmlah negara anggota Uni Eropa yang menolak untuk memulangkan pasukannya. "Jika kalian tidak menarik kembali mereka, maka saya lah yang akan membawa mereka dan menjatuhkan mereka di wilayah perbatasan kalian, dan kalian bisa bersenang-senanng mengumpulkan mereka.”

Ketika Trump ditanya apakah ia akan mempertimbangkan kembali soal keputusan penarikan mundur pasukannya dari Suriah, Trump mengaku tidak akan melakukannya.

rap/ae (ap, rtr)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement