Kamis 31 Oct 2019 14:45 WIB

Mendagri Imbau Kurikulum IPDN tak Monoton

IPDN diharapkan menerapkan kurikulum baru.

Perwakilan Muda Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) angkatan XXX yang telah dilantik membacakan ikrar kode kehormatan praja di Lapangan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Kamis (31/10).
Foto: Abdan Syakura
Perwakilan Muda Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) angkatan XXX yang telah dilantik membacakan ikrar kode kehormatan praja di Lapangan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Kamis (31/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SUMEDANG -- Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian menyatakan, Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) jangan menerapkan kurikulum yang monoton. Tetapi, harus berkembang mengikuti kebutuhan zaman sehingga dapat membentuk praja yang berkualitas dan profesional.

"Sesuaikan kurikulum yang berkembang, jangan kurikulum yang monoton itu-itu saja," kata Tito Karnavian saat pelantikan 1.608 Muda Praja Angkatan XXX IPDN Tahun 2019 di Kampus IPDN Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Kamis (31/10).

Baca Juga

Ia menuturkan, IPDN harus terus mengembangkan kurikulum baru, tidak lagi mengulang kurikulum lama seperti dari tahun 1980an yang terus menerus disampaikan sampai saat ini. Menurut dia, kurikulum pendidikan saat ini sudah berkembang sehingga perlu disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan atau menggunakan sistem informasi.

"Kita juga sudah tahu sekarang zaman informasi, maka sistem pendidikan juga bisa menggunakan sistem informasi," katanya.

Ia mencontohkan, seperti penerapan perpustakaan saat ini sudah bisa menggunakan perpustakaan elektronik yang dapat mengakses banyak buku atau hasil penelitian di seluruh dunia secara digital.

"Ini yang perlu dikembangkan, jadi jangan monoton kurikulum seperti itu padahal kebutuhan sudah berbeda," katanya.

Ia berharap, kurikulum yang sangat dibutuhkan yaitu menyangkut moral dan mental, sehingga materi tersebut harus terus dikembangkan setiap waktu.

Tito juga berharap, pelaksana tugas di IPDN yakni rektor, dosen, pelatih, dan pengasuh untuk dapat dibina dan dididik dengan baik agar menjadi praja yang profesional dan berintegritas.

"Bekali para praja ilmu pengetahuan, keterampilan, sehingga kelak menjadi ASN profesional, integritas dan bermental melayani," kata mantan Kapolri itu.

Ia menambahkan, adanya kurikulum berwarna militer di kampus IPDN bukan berarti sesuatu yang buruk, tetapi memiliki nilai yang baik dalam menerapkan kedisiplinan, kebersihan dan kesetiaan terhadap negara.

"Tapi jangan menjadi over seperti betul-betul militer, misalkan kekerasan," katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement