Kamis 31 Oct 2019 22:43 WIB

Kemenag: Toleransi di Indonesia Cukup Baik, Tapi Masih Pasif

Toleransi pasif masih menjadi gaya interaksi antarumat beragama.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
 BOGOR – Kapuslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kementerian Agama (Kemenag), Muharam Marzuki saat membuka kegiatan seminar hasil penelitian
Foto: Republika/ Muhyiddin
BOGOR – Kapuslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kementerian Agama (Kemenag), Muharam Marzuki saat membuka kegiatan seminar hasil penelitian "Toleransi dan Kerjasama Umat Beragama di Wilayah Sumatera" di Bogor, Kamis (31/10) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Kerukunan antarmat beragama di Indonesia ditandai dengan adanya toleransi, baik toleransi pasif ataupun aktif. Namun kebanyakan masyarakat Indonesia saat ini masih mengedepankan toleransi pasif. 

Karena itu, menurut Kapuslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kementerian Agama (Kemenag), Muharam Marzuki, berharap kepada umat beragama di Indonesia untuk mengedepankan toleransi aktif dengan melakukan kerjasama.  

Baca Juga

"Kebanyakan di antara kita ini masih lebih mengedepankan sikap toleransi yang pasif. Tapi kalau sudah ada kerjasama maka akan menjadi toleransi aktif. Maka yang kita harapkan adalah toleransi aktif," ujarnya saat membuka seminar hasil penelitian "Toleransi dan Kerjasama Umat Beragama di Wilayah Sumatra" di Bogor, Kamis (31/10) malam. 

Menurur Muharram, pada dasarnya konflik keagaman di Indonesia tidak ada, karena dalam beberapa kasus justru didasari politik dan ekonomi. Dia mencontohkan seperti kasus pembakaran masjid di Tolikara pada 2015 yang ternyata bermotif politik.  

Selain itu, dia juga mencontohkan konflik umat beragama yang terjadi di Tanjung Balai, yang ternyata dilatarbelakangi masalah ekonomi. "Berdasarkan penelitian menunjukkan ada kasus-kasus yang terjadi dianggap seolah-olah konflik antaragama, padahal kenyataannya karena politik dan ekonomi," ucapnya. 

Muharram berharap, konflik-konflik antarumat beragama seperti itu tidak terjadi lagi di Indonesia dan bisa hidup dengan damai. Karena itu, menurut dia, semua pihak harus menggelorakan semangat kerukunan, baik di internal agamanya masing-masing maupun antara umat beragama.  

Selain itu, dia kembali menegaskan bahwa umat beragama juga harus mengedepankan sikap toleransi aktif dengan memperbanyak kerjasama. Namun, kata dia, dalam mengaplikasikan toleransi itu jangan sampai kebablasan. Misalnya, orang Islam beribadah di gereja ataupun sebaliknya. 

"Itu bukan toleransi. Bukan itu yang diinginkan negara. Tapi bagaimana agama-agama yang dia yakini itulah yang harus dijalankan," jelas Muharram.  

Sementara itu, Kepala Balai Litbang Agama Jakarta, Nurudin Sulaiman, menjelaskan seminar hasil penelitian "Toleransi dan Kerjasama Umat Beragama di Wilayah Sumatra" tersebut diikuti oleh 48 peserta dari berbagai instansi.  

Menurut dia, penelitian tersebut dilakukan lima orang di beberapa wilayah di Sumatera. Dengan adanya penelitian tersebut, Nurudin berharap bisa mendapatkan model-model terbaik terkait kerukunan umat beragama. "Kita ingin mendapatkan model-model terbaik bagi terselenggaranya kerukunan umat beragama," kata Nurudin. 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement