REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) menemui pimpinan Majelis Ulama Indonesia di gedung MUI Pusat, Jakarta, Jumat (1/11). Kedatangan DMI diwakili oleh Wakil Ketua Umum DMI Syafruddin beserta jajarannya dan MUI diwakili oleh Sekretaris Jenderal Anwar Abbas bersama sejumlah pimpinan MUI lainnya.
Dalam pertemuan tersebut, Syafruddin menyampaikan kedatangannya untuk berkomunikasi terkait rencana pembangunan Museum Rasulullah SAW. "Kami panitia yang ditunjuk untuk pembangunan Museum Rasulullah SAW. Kedatangan kami diperintah oleh Ketua Umum DMI Pak JK (Jusuf Kalla) untuk mengunjungi MUI dan seluruh ormas Islam," kata dia.
Syafruddin mengatakan, DMI telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Liga Muslim Dunia dan Yayasan Wakaf Assalam di Jeddah, di markas Liga Muslim Dunia. MoU ini juga telah ditindaklanjuti dalam rapat yang dipimpin oleh Jusuf Kalla saat menjabat sebagai wapres periode 2014-2019. Rapat dihadiri delapan menteri termasuk menteri keuangan dan agama.
"Dan sudah diputuskan dalam rapat bahwa mempercayakan kepada kita (DMI)," ungkap dia.
Meski MoU itu ditandatangani oleh DMI, lanjut Syafruddin, pembangunan Museum Rasulullah tidak an sich hanya menjadi tugas DMI, tapi juga seluruh ormas Islam, terutama MUI yang di dalamnya diisi beragam ormas Islam. "Jadi ini menjadi tugas kita bersama," imbuhnya.
Syafruddin dalam kesempatan itu meminta dukungan MUI untuk turut terlibat aktif dalam pembangunan Museum Rasulullah SAW. Tak hanya MUI, tapi juga ormas-ormas Islam. Dia pun telah menemui Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siroj dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.
Pembangunan Museum Rasulullah SAW yang dibiayai oleh Liga Muslim Dunia ini dilakukan di 25 negara secara serentak, salah satunya Indonesia. Syafruddin menjelaskan, mengapa Indonesia dipilih di antaranya karena merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia.
Lokasi pembangunan Museum Rasulullah ini bersebelahan dengan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) yang sedang dibangun di Depok Jawa Barat. Museum yang berdiri di atas tanah milik negara seluas 80 hektare itu berlokasi di luar area kampus sehingga mudah diakses masyarakat.
Sesuai MoU, pihak Indonesia bertugas menyiapkan lahan, mengurus seluruh administrasi, dan berbagai hal lainnya. "Miniatur museum ini sudah ada di Madinah, di lingkungan Istana Gubernur Madinah, dan kami sudah berkesempatan ke sana. Jadi itulah yang akan dibangun," ujar dia.
Syafruddin mengatakan, lusa nanti, pihak dari Liga Muslim Dunia akan berkunjung ke Indonesia untuk melihat perencanaan pembangunan museum. Dia menuturkan, pembangunan museum tersebut paling lambat akan dilaksanakan pada awal tahun depan.
Konsep museum itu didesain secara modern dengan menggunakan teknologi artificial intelligence. Sehingga pengunjung dengan hanya mengklik dapat melihat hologram yang menggambarkan sejarah Rasulullah SAW dari belum lahir, lalu kehidupannya, hingga benda-benda yang digunakan semasa hidup.