REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Wacana pelarangan gawai ke sekolah ditanggapi beragam oleh masyarakat Kota Bekasi. Sebagian besar mendukung wacana tersebut. Namun, ada pula yang menolak, lantaran pelarangan gawai hanya akan mendorong anak-anak membawa gawai secara sembunyi-sembunyi.
Salah satu guru SDN 09 Jatimulya, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Supono menyatakan dukungannya soal rencana larangan mebawa gawai ke ssekolah. Ia menuturkan, di sekolahnya, siswa memang tidak diperkenankan membawa gawai.
"Kalau saya pribadi boleh saja dilarang, tapi ada beberapa saat insidental dimana anak juga diperbolehkan membawa gawai ke sekolah," kata Supono, Ahad (3/11).
Saat ini anak-anak juga membutuhkan pemahaman penggunaan gawai. Oleh karena itu, perlu pendidikan literasi digital di sekolah yang memberikan arahan bagi siswa untuk belajar menggunakan gawai. Artinya, harus ada pengawasan terkait penggunaan gawai.
Kepala SLB Bundaku, Kaliabang Tengah, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Anggraeni Puspasari mengatakan, dirinya mendukung larangan tersebut. Menurutnya, anak usia sekolah sebaiknya diarahkan untuk aktivitas riil dengan teman-temannya. Selain itu, anak-anak juga belum memerlukan gawai, karena intensitas komunikasi mereka tidak seperti orang dewasa.
"Kalau orang dewasa kan komunikasi dengan banyak orang yang jauh lokasinya, makanya perlu gawai. Tapi, biasanya orang tua kasih ponsel cuma buat ngasih tahu minta jemput jam berapa selesai sekolahnya," kata Anggraeni.
Menurutnya, persoalan teknis penjemputan anak tidak harus melibatkan gawai. Ia mengatakan, informasi terkait jam tambahan atau selesai sekolah dapat diberitahukan lewat guru. Dengan adanya larangan itu ia menilai, anak akan lebih fokus dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah.
"Sekaligus membatasi, kan di rumah juga sudah pakai gawai, masak di sekolah pake juga," ujarnya.
Salah satu warga Tawalumbu, Tio Abdi Putra mengatakan tidak sepakat dengan larangan tersebut. Menurutnya, dengan dilarangnya siswa membawa gawai, maka mereka akan mencuri-curi waktu untuk membawa gawai ke sekolah.
"Kalau udah mencuri-curi malah bahaya, kita nggak tahu kapan mereka pakai gawai dan buat apa. Di sekolah keliatannya nggak bawa. Tapi pas kumpul sama temen-temennya habis sekolah, kita nggak tahu," kata Tio.
Menurutnya, daripada memberikan larangan, pemerintah sebaiknya memberikan pemahaman kepada masyarakat soal bahaya gawai. "Apalagi ada juga orang yang sok tahu, biasanya kan mereka ngomong kalau emang bisa beli gawai trus kenapa," kata Tio.