Rabu 06 Nov 2019 04:04 WIB

Menguap, Begini Peringatan Rasulullah SAW

Umat Islam tidak boleh sembarangan saat menguap.

Menguap. Ilustrasi
Foto: CBS
Menguap. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ajaran Islam yang agung tidak menganggap menguap ini sebagai hal yang sepele. Umat Islam tidak boleh sembarangan saat menguap. Seorang Muslim harus memperhatikan sikapnya saat ia menguap.

Nabi Muhammad SAW mengingatkan hal ini. Menurut beliau, menguap itu adalah perbuatan yang berasal dari setan. Beliau bersabda, “Bersin itu dari Allah dan menguap itu dari setan. Jika salah seorang kalian menguap maka tutuplah mulutnya dengan tangannya dan jika ia katakan ‘aaah …’ maka setan tertawa di dalam perutnya. Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap.”

Jika seseorang menguap hendaknya ia memperhatikan adab sebagai berikut:

Berusaha semampunya menahan.

Seseorang harus berusaha menolak, mengalahkan, dan menahan kuapan, khususnya ketika sedang shalat. Rasulullah bersabda, “Apabila seseorang menguap dalam shalatnya, hendaknya ia berusaha menahan kuapannya sebisa mungkin karena setan bisa masuk.”

Seseorang tidak perlu merasa heran kalau setan bisa masuk, karena setan adalah makhluk yang tercipta dari api yang dapat berubah, berpindah, dan bergerak seperti hawa dan angin. Ia tidak berjasad seperti manusia.

Meletakkan tangan di mulut

Tujuan meletakkan tangan di mulut ketika menguap adalah agar mulut tidak terbuka. Saat manusia menguap dengan mulut terbuka itu, ia terlihat buruk dan saat itu juga setan sedang menertawakannya.

Tidak mengeluarkan suara ‘aaah ’

Seperti disebutkan dalam hadis pertama, mengeluarkan suara ‘aaah’ atau ‘waaah’ pada saat menguap menimbulkan tertawaan setan.

Tidak mengangkat suara

Mengangkat suara kuapan termasuk adab buruk yang dianggap sepele oleh banyak orang. Padahal, perbuatan ini dapat membuat orang lain menghindar dari pelakunya. Terkadang sebagaian orang jahil mengangkat suaranya ketika menguap dengan maksud ingin membuat sekelilingnya tertawa. Tentunya setan juga menertawakannya se perti disebutkan pada hadis pertama.

sumber : Dialog Jumat Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement