REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto, memastikan pemerintah Indonesia segera mengirimkan tim delegasi untuk bertemu pemerintah Amerika Serikat (AS). Pertemuan itu untuk membahas mengenai keberlanjutan fasilitas perdagangan keringanan tarif bea masuk oleh AS atau yang disebut Generalized System of Preference (GSP).
Agus mengatakan, pihaknya siap menegosiasi dengan pemerintah AS, menyusul kedatangan Menteri Perdagangan AS, Wilbur Ross ke Indonesia pada pekan ini. "Sudah disepakati akan dikirim tim, sebelum akhir tahun ini Insya Allah (kita) akan mendapatkan sesuatu dalam program GSP ini," kata Agus di kantornya, Jumat (8/11).
Sebagai informasi, GSP merupakan sistem tarif preferensial yang membolehkan negara memberikan pengecualian tarif terhadap negara mitra dagang. Pengecualian yang dimaksud keringanan tarif bea masuk hingga 0 persen sehingga melalui fasilitas GSP, negara yang bersangkutan tidak akan melanggar aturan World Trade Organization.
Indonesia sendiri saat ini telah menikmati fasilitas GSP. Namun, pemerintah AS sebelumnya menyatakan akan menghapus fasilitas GSP bagi Indonesia karena dianggap menyebabkan defisit perdagangan.
Menurut Agus, pemerintah AS telah memberikan respons yang sangat positif terhadap permasalahan tersebut. Bahkan, kata Agus, pemerintah AS ingin agar negosiasi tersebut selesai sebelum Hari Raya Natal pada 25 Desember mendatang.
"Mereka menginginkan cepat sebelum Natal sehingga kesepakatan GSP nanti akan menjadi hadiah Natal. Mudahan-mudahan lancar," tuturnya.
Sebelumnya, pada kesempatan berbeda, Wakil Menteri Luar Negeri, Mahendera Siregar menjelaskan, pihaknya masih menyelesaikan beberapa hal pokok dalam negosiasi tersebut. Ia mengaku, diskusi antara Pemerintah Indonesia maupun AS sangat cair sehingga diyakini kesepakatan segera diambil.
Ia menekankan, selama negosiasi berjalan, produk-produk Indonesia yang mendapatkan keringanan tarif bea masuk di AS tetap berjalan, bukan ditunda sementara. Karenanya, pemerintah Indonesia berharap agar negosiasi segera selesai agar produk Indonesia yang diekspor ke AS mendapatkan kepastian.
Mahendra mencatat, jika fasilitas GSP dari AS untuk Indonesia bisa dipertahankan, setidaknya terdapat nilai perdagangan sekitar 2,5 mliar dolar AS yang akan berlanjut dan akan terus tumbuh. Fasilitas GSP juga memberikan dampak lain bagi perdagangan kedua negara, nilai dari dampak tersebut ditaksir mencapai sekitar 10-20 miliar.