Sabtu 09 Nov 2019 11:01 WIB

Demonstran Hong Kong Rencanakan Unjuk Rasa Pekan Ke-24

Pada Senin demonstran juga mengajak publik Hong Kong mogok umum.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Indira Rezkisari
Demonstrasi di Hong Kong, Sabtu (2/11)
Foto: AP Photo/Kin Cheung
Demonstrasi di Hong Kong, Sabtu (2/11)

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Pengunjuk rasa Hong Kong merencanakan akhir pekan ke-24 sebagai protes pro-demokrasi. Unjuk rasa termasuk dilakukan di pusat perbelanjaan pada Ahad (10/11).

Para pengunjuk rasa juga menyerukan pemogokan umum pada Senin (11/11) dan mengajak orang-orang untuk memblokir transportasi umum. Seruan ini tidak ada hasilnya di protes sebelumnya.

Baca Juga

Akhir pekan dimulai dengan sebuah demonstrasi pada Sabtu (9/11) untuk menandai ulang tahun ke 30 jatuhnya Tembok Berlin dan majelis 'martir pendukung', yang keduanya cenderung beralih ke tuntutan pemrotes untuk hak pilih universal untuk bekas jajahan Inggris tersebut.

Polisi memberikan izin untuk pertemuan di taman Tamar, salah satu persetujuan yang langka untuk protes dalam beberapa pekan terakhir.

Cahaya lilin menyala sebagai tanda berduka atas seorang siswa yang meninggal setelah jatuh pada suatu demonstrasi di Senin pagi lalu. Hal ini menyebabkan kembali bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi pada Jumat.

Polisi menembakkan satu amunisi untuk memperingatkan apa yang mereka sebut 'sekelompok besar perusuh yang dipersenjatai dengan senjata ofensif', yang melemparkan batu bata ke petugas yang berusaha membersihkan barikade jalanan di daerah Kowloon pada Jumat (8/11) malam, kata polisi dalam sebuah pernyataan.

"Kehidupan para petugas berada di bawah ancaman serius," kata pernyataan itu, yang dirilis Sabtu pagi. Kematian mahasiswa di sebuah rumah sakit pada Jumat kemungkinan akan memicu kemarahan dengan polisi, yang berada di bawah tekanan atas tuduhan kekuatan yang berlebihan ketika wilayah itu mengalami krisis politik terburuk dalam beberapa dekade.

Chow Tsz-lok (22 tahun) jatuh dari lantai tiga ke lantai dua tempat parkir ketika para demonstran dibubarkan oleh polisi.

Para siswa dan kaum muda telah berada di garis depan dari ratusan ribu orang yang turun ke jalan. Hong Kong kembali ke pemerintahan China pada tahun 1997 di bawah formula 'satu negara, dua sistem'.

China membantah ikut campur di Hong Kong dan menyalahkan negara-negara Barat karena telah menimbulkan masalah. Sejak Juni, pengunjuk rasa telah melempar bom bensin dan merusak bank, toko, dan stasiun metro. Polisi telah menembakkan peluru karet, gas air mata, meriam air dan, dalam beberapa kasus, amunisi hidup.

Akhir pekan lalu, pengunjuk rasa anti-pemerintah memadati sebuah pusat perbelanjaan dalam menjalankan bentrokan dengan polisi. Dalam bentrokan itu, seorang pria menikam orang dengan pisau dan menggigit telinga politikus, dikutip dari Reuters.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement