Senin 11 Nov 2019 09:48 WIB

Kebakaran Hutan Musnahkan 850 Ribu Hektare di Australia

Kebakaran hutan sebabkan 3 warga tewas dan ratusan bangunan musnah di Australia

Red:
.
.

Kebakaran hutan di New South Wales (NSW) Australia telah menghanguskan 850 ribu hektar lahan dan diperkirakan kondisinya akan lebih buruk lagi. Sejauh ini tiga warga tewas dan ratusan bangunan musnah.

Menteri Utama (Premier) NSW Gladys Berejiklian mengumumkan keadaan darurat dan menggambarkannya sebagai "kebakaran paling dahsyat yang pernah kita saksikan".

Pihak dinas pemadam Rural Fire Service (RFS) memperingatkan kawasan Sydney serta Greater Hunter akan berada dalam "kondisi bahaya" pada hari Selasa (12/11/2019).

Peringatan bahaya ini merupakan yang pertama kali untuk kawasan yang mencakup Blue Mountains dan Central Coast dalam 10 tahun terakhir.

Kondisi panas dan berangin diperkirakan akan memicu kebakaran lebih lanjut.

"Dengan prediksi cuaca buruk minggu ini, khususnya pada hari Selasa yang panas dan berangin, saya memutuskan keadaan darurat ini," ujar Premier Berejiklian.

"Jika diminta evakuasi, harap dilakukan. Jika diminta mengambil tindakan tertentu, tolong diikuti," katanya. "Besok, menjauhlah dari lahan hutan dan semak-semak."

 

Komisioner RFS Shane Fitzsimmons menjelaskan dari 60 titik kebakaran saat ini, lebih setengahnya belum bisa dikendalikan.

"Perilaku api cukup fluktuatif dan masih banyak daerah yang berisiko hari ini," kata Fitzsimmons, Senin (11/11/2019).

"Kita tidak hanya menghadapi kebakaran besar di wilayah timur laut NSW dan di tempat lainnya. Besok kondisinya lebih mengerikan lagi," ujarnya.

Status Keadaan Darurat memberi kewenangan lebih besar kepada pihak RFS untuk koordinasi evakuasi, penggunaan sumber daya pemerintah, pengaturan lalu-lintas, menghancurkan bangunan, serta memutuskan layanan gas, listrik, BBM dan air.

Pelarangan menyalakan api di tempat terbuka juga diberlakukan pada hari Senin dan Selasa. Sejumlah sekolah telah diliburkan.

Upaya pemadaman masih terus berjalan dibantu petugas pemadam dari negara bagian lain serta dari Selandia Baru.

 

Sejak akhir Agustus lalu, RFS telah memperingatkan periode kebakaran hutan lebih dini yang berlaku untuk 70 wilayah pemerintahan lokal.

Hanya tempo seminggu kebakaran meluluhlantakkan masyarakat di wilayah Tenterfield di NSW utara.

Komisioner Shane Fitzsimmons saat itu menjelaskan hal ini sebagai indikasi bakal buruknya musim kebakaran kali ini.

Bulan lalu, dua warga tewas ketika kebakaran kembali terjadi di NSW utara, menghancurkan 45 bangunan rumah.

Kebakaran mulai terjadi kembali pada Jumat pekan lalu yang tersebar di 17 lokasi.

Salah satu daerah terparah dilanda kebakaran pekan lalu adalah kota kecil Wytaliba di NSW utara.

 

Sepanjang hari Minggu kemarin, para warga terpaksa menunggu di jalan-jalan yang telah ditutup, ketika kerabatnya masih banyak yang tertahan di dalam wilayah terdampak.

Hal ini dialami Richard Taylor dan istrinya Katie yang belum bisa mengakses kembali peternakannya di pinggiran Wytaliba.

"Ini hanya masalah kecil yang harus kami hadapi," kata Richard.

Dua warga dari daerah itu, George Nole dan Vivien Chapman, dipastikan tewas terjebak kebakaran.

Hampir semua properti di sini diperkirakan telah hancur.

Warga Wytaliba lainnya, Danielle Monks, menyatakan harus menunggu selama delapan jam sebelum bisa mengantarkan makanan kepada warga yang terjebak di dalam, termasuk suami dan anaknya.

"Mereka belum makan sejak Jumat. Semua makanan sudah habis," katanya.

Sementara keluarga Richard Taylor menyatakan berutang karena ada tetangga yang memadamkan api di sekitar rumah mereka saat kejadian.

Tetangga tersebut, katanya, bahkan menggali lahan di sekeliling seeekor sapi milik keluarga Richard, untuk memastikan ternak itu selamat dari kobaran api.

Simak berita-berita lainnya dari ABC Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement