Selasa 12 Nov 2019 02:02 WIB

Midway, Lagu Lama Patriotisme ala AS

Salah satu indikator keberhasilan film perang, khususnya yang diadaptasi dari peristiwa sesungguhnya adalah membuat para penonton ingin mengetahui peristiwa itu yang sebenarnya.

Rep: Thomas Rizal (cek n ricek)/ Red: Thomas Rizal (cek n ricek)
.
.

Salah satu indikator keberhasilan film perang, khususnya yang diadaptasi dari peristiwa sesungguhnya adalah membuat para penonton ingin mengetahui peristiwa itu yang sebenarnya. Tak heran apabila film-film kategori ini harus menyajikan fakta-fakta sejarah yang bisa dinikmati, meski harus diakui beberapa mungkin melenceng dari kenyataan demi tujuan dramatisasi film.

Sayangnya, indikator inilah yang tak dapat dipenuhi oleh film perang terbaru Midway (2019) yang mulai dirilis di bioskop-bioskop Indonesia pada Jumat (8/11). Film ini mengangkat tema Perang Dunia II, khususnya Battle of Midway (1942) yang terjadi pada 04 dan 07 Juni 1942.

Seperti film-film perang ala Amerika lainnya, film ini memang mampu mengangkat tema semangat patriotisme khususnya untuk penonton asal Amerika Serikat. Namun jika dinilai sebagai film sejarah, maka terlalu banyak potongan-potongan sejarah yang disingkat atau malah diabaikan, sehingga kita menjadi tidak terlalu bisa menikmati alur sejarah dari kejadian yang sebenarnya.

Sumber: Lionsgate

Kisah dibuka dengan ambisi Jepang untuk menguasai China yang akhirnya memulai Perang Dunia II. Saat itu, Mayor Laut (Lieutenant commander) Edwin T Layton (diperankan oleh Patrick Wilson) sebenarnya sudah merasakan gelagat para pimpinan perang Jepang, dan berusaha memperingati atasannya akan potensi Jepang untuk memulai perang.

Akhirnya Jepang benar-benar membangkitkan raksasa yang tertidur, setelah pasukan Jepang menyerang pangkalan perang AS, Pearl Harbor pada 07 Desember 1941. Pasukan AS pun berusaha untuk membalas serangan itu. Salah satunya melalui armada udara yang lepas landas melalui angkatan laut yang dikomandoi Wakil Laksamana William Halsey (Dennis Quaid) dan Mayor Laut Wade McClusky (Luke Evans).

Salah satu pilot tempur saat itu ialah prajurit keras kepala, Letnan Richard Best (Ed Skrein) yang merupakan pilot tangguh meski kerap terbawa emosi dalam aksi-aksinya. Mereka akhirnya bisa membalas serangan Jepang itu dengan menjatuhkan kapal perang Jepang melalui pertempuran Midway, 1942.

Midway, Lagu Lama Patriotisme Ala AS
Sumber: Lionsgate

Film ini juga dibintangi oleh aktor kawakan Woody Harrelson yang menjadi Laksamana Perang Chester Nimitz. Selain itu, ada pula Aaron Eckhart yang berperang sebagai Letnan Kolonel Jimmy Doolittle. Sayangnya, meski dibintangi oleh aktor-aktor kawakan itu, kita justru kurang melihat peran sentral para figur peran ini, khususnya dalam memenangi perang di Pasifik itu.

Midway, Lagu Lama Patriotisme Ala AS
Sumber: Lionsgate

Hal ini tak terlepas dari banyaknya fakta-fakta sejarah yang disimplifikasi atau bahkan diabaikan, yang membuat penonton justru sulit mengerti tentang apa yang terjadi, selain adegan tembak-tembakan dan penjatuhan bom torpedo. Para aktor-aktor kawakan itu justru terlihat seperti tokoh sekali muncul, lantaran peran sesungguhnya di dunia nyata sebenarnya lebih sentral ketimbang apa yang ditampilkan dalam film.

Baca Juga: "Bangkit Dari Kubur", Mendiang James Dean Main Film Lewat Visual CGI

Kalau kita boleh membandingkan dengan film perang dengan latar waktu serupa seperti Dunkirk (2017) yang juga melibatkan aktor-aktor kawakan seperti Kenneth Branagh, Cillian Murphy, dan Tom Hardy, maka kita melihat perbedaan kualitas yang jelas dalam penyajian dua kisah sejarah di dua film itu. Dunkirk di bawah arahan Christopher Nolan memang mampu mengajak penonton untuk bisa menikmati sejarah, dengan tetap menghadirkan adegan-adegan perang yang ciamik.

Midway, Lagu Lama Patriotisme Ala AS
Sumber: Lionsgate

Sementara sutradara film Midway, Roland Emmerich (The Patriot, 2000 dan Independence Day: Resurgence, 2016) justru seperti lebih ingin fokus ke efek visual demi mengangkat suasana perang, ketimbang sejarah yang terjadi pada perang itu. Bahkan jika dibandingkan dengan film perang lainnya, seperti Pearl Harbor (2001), maka film terakhir itu bisa menonjolkan unsur drama yang lebih baik, ketimbang cerita yang diusung oleh Midway.

Sekadar informasi, peperangan di Midway sendiri sebelumnya sempat diadaptasi di layar lebar melalui film Midway (1976). Salah satu kritik dari film itu adalah tingkat akurasi sejarah yang terlalu disederhanakan. Nah, sayangnya Midway (2019) justru tak memperbaiki hal itu, malahan jadi seperti remake semata dari film tahun 1976 itu, dengan tambahan efek visual dan teknologi yang lebih canggih.

Pada akhirnya, Midway tampaknya tetap bisa dinikmati sebagai film patriotik, namun sebagai film sejarah, Midway sepertinya tidak akan dikenang sebagai salah satu film yang berhasil menceritakan sejarah itu sendiri.

BACA JUGA: Cek Berita SELEBRITI, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.

Editor: Farid R Iskandar

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ceknricek.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ceknricek.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement