REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur (Jatim) telah melakukan proses ekskavasi terhadap enam temuan situs baru sepanjang 2019. Temuan-temuan tersebut tersebar di beberapa kabupaten/kota di Jatim.
Dibandingkan tahun lalu, BPCB Jatim menilai, terdapat peningkatan laporan temuan baru dari masyarakat. Menurut Arkeolog BPCB Jatim, Wicaksono Dwi Nugroho, hal ini sebenarnya indikasi adanya peningkatan kesadaran di masyarakat.
"Dan juga teman-teman komunitas yang berperan aktif melestarikan cagar budaya dengan segera melaporkannya ke pemerintah," jelas Wicak saat dihubungi Republika, Selasa (12/11).
Sejarawan dari Universitas Negeri Malang (UM), Dwi Cahyono berpendapat, banyaknya temuan baru saat ini dapat menjadi berkah sekaligus bencana. Temuan baru dapat memberikan efek positif dalam kebaruan data sejarah di Indonesia. Jika temuan hilang, maka jejak sejarah berupa fakta maupun data di dalamnya akan turut lenyap. Temuan baru di daerah juga mampu menarik minat masyarakat.
"Masyarakat berminat atas peninggalan masa lalu. Mereka datang dan baca. Ada ketertarikan dan rasa ingin tahu," tegas Dwi.
Di sisi lain, temuan baru juga dapat mendatangkan bencana. Hal ini semacam memunculkan oknum yang berniat kurang baik. Deskripsi temuan yang menyebar di berbagai media dapat mendorong oknum untuk melakukan pencurian.
"Terus kadang masyarakat juga ada yang kebablasan. Karena ingin tahu, gali sendiri dan malah rusak. Mereka enggak tahu gali benar itu bagaimana sehingga menjadi petaka," tegasnya.
Hal yang juga dikritis Dwi, yakni kebaruan data sejarah di buku ajar sekolah. Tidak ada informasi terbarukan meski terdapat temuan dan penelitian sejarah dalam beberapa tahun terakhir. Isi di buku ajar masih didominasi data lama walau telah diterbit berkali-kali.