REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR RI koordinator Bidang Politik dan Keamanan, Azis Syamsuddin mengatakan aksi bom bunuh diri di Polrestabes Medan pada Rabu (13/11) pagi, menunjukan bahwa terorisme dan radikalisme belum tuntas sepenuhnya. Menurutnya, perlu kesadaran bersama untuk mencegah dan menumpas terorisme sampai ke akar-akarnya.
"Implementasi Pasal 43A ayat (3) UU Terorisme bukan semata menjadi tanggung jawab Polri, BIN, dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)," kata Azis dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Azis menambahkan masyarakat wajib berperan aktif untuk melaporkan segala bentuk aktivitas yang mencurigakan di lingkungan sekitar karena terorisme adalah musuh kita bersama. Dia mengimbau semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan karena dirinya melihat gerakan terorisme di Indonesia sudah bertransformasi dari berjamaah ke aksi individual.
Azis mengutuk keras aksi bom bunuh diri yang melukai empat polisi di Polrestabes Medan. Menurutnya, aksi terorisme yang dilakukan oleh siapapun adalah aksi yang tidak dibenarkan agama manapun.
Seperti diberitakan sebelumnya, ledakan bom terjadi di Polrestabes Medan, Sumatra Utara, Rabu (13/11) sekitar pukul 08.45 WIB. Ledakan itu diduga berasal dari aksi bom bunuh yang dilakukan oleh seorang terduga pelaku.
Akibat ledakan tersebut, terdapat enam orang yang menjadi korban luka ringan, yakni empat anggota polisi, satu pekerja harian lepas (PHL), dan satu masyarakat sipil. Tidak hanya itu, tiga kendaraan dinas milik polisi dan satu kendaraan pribadi turut mengalami kerusakan.
Mabes Polri mengungkap identitas pelaku tunggal ledakan bom di Polrestabes Medan, Sumatra Utara. Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, dari sidik jari yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP), polisi menyebut, pelaku bernama Rabbial Muslim Nasution (RMN).
"Dari sidik jari itu Inafis berhasil mengidentifikasi pelaku. Pelaku ini atas nama inisial RMN usia 24 tahun," kata Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo, dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (13/11).
Dedi menyebut, pemuda yang lahir di Medan, Sumatra Utara itu berstatus pelajar atau mahasiswa. Selain itu, sambung Dedi, dugaan sementara pelaku melakukan aksi bom bunuh diri itu sendiri (lone wolf) atau tanpa terlibat jaringan teroris manapun.
"Dugaan sementara pelaku melakukan aksi ini lone wolf. Sementara itu lone wolf melakukan suicide bomber (bom bunuh diri)," ungkap Dedi.
Di sisi lain, dari hasil olah TKP, tim Labfor dan Densus 88 mengamankan sejumlah barang bukti terkait ledakan bom itu. Di antaranya, baterai 9 volt, pelat besi, sejumlah paku dengan berbagai ukuran, irisan kabel, beberapa potongan kabel cukup besar, tombol switch on/off, dan sebuah sepeda motor yang dicurigai milik pelaku.
Tidak hanya itu, tim kepolisian juga mengumpulkan potongan tubuh pelaku untuk memperkuat identifikasi terkait identitas pelaku dengan melakukan tes DNA. Meski demikian, Dedi menambahkan, hingga saat ini polisi masih bekerja untuk mengumpulkan bukti-bukti.
"Untuk Densus 88 terus mendalami (rekaman) CCTV, masih terus akan mendalami uji dari Inafis, Labfor dan Biddokes untuk DNA. Tim masih bekerja di lapangan," imbuh dia.