Kamis 14 Nov 2019 09:07 WIB

Bolivia di Ambang Ketidakpastian

Morales sebut langkah Anez gantikannya sebagai bagian dari kudeta paling licik.

Senator oposisi yang mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara Bolivia Jeanine Anez tiba di istana negara di La Paz, Bolivia, Rabu (13/11).
Foto: AP Photo/Juan Karita
Senator oposisi yang mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara Bolivia Jeanine Anez tiba di istana negara di La Paz, Bolivia, Rabu (13/11).

REPUBLIKA.CO.ID, LA PAZ -- Bolivia berada di ambang ketidakpastian selepas senator dari kubu oposisi, Jeanine Anez, mendeklarasikan diri sebagai presiden pada Selasa (12/11) setelah Bolivia berada dalam kevakuman kekuasaan sejak Presiden Evo Morales mengundurkan diri pada Ahad (10/11). Publik menanti pihak-pihak yang akan mendukung Anez.

Sementara itu, para pendukung Morales dengan penuh rasa marah menyebut langkah Anez merupakan upaya perebutan kekuasaan. Kondisi ini menggambarkan kemungkinan kekacauan yang dapat terjadi. Pengunduran diri Evo Morales dari kursi presiden merupakan titik puncak setelah perdebatan soal hasil pemilihan presiden (pilpres) yang digelar 20 Oktober silam.

Baca Juga

Pengunduran diri Morales terjadi setelah Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) menyatakan ada penyimpangan serius selama pemilihan presiden 20 Oktober lalu. Laporan itu mendorong sekutu politik dan tentara mendesak Morales untuk mundur.

Anez, aktivis wanita yang pernah menjadi pembawa acara televisi, melakukan deklarasi sepihak meski senat tidak mencapai kuorum. Tak seorang pun mengambil sumpahnya setelah ia mendeklarasikan diri yang dilakukannya secara emosional dan terisak-isak. Namun, ia kemudian muncul di balkon istana kepresidenan sambil memakai selempang kepresidenan.

"Komitmen saya adalah memulihkan demokrasi dan ketenangan ke negara ini," kata Anez. "Mereka (kubu pemerintah berkuasa--Red) tak akan pernah bisa mencuri suara kita lagi."

Morales menyebut langkah Anez menggantikannya sebagai bagian dari kudeta paling licik dan berbahaya dalam sejarah. Dia pun menyatakan akan tetap berada dalam karier politik untuk terus bertarung.

Morales menyatakan penunjukan Anez merupakan langkah yang berbahaya. Dia mengatakan, oposisi telah berhasil melakukan kudeta untuk menggulingkannya.

"Selama saya masih hidup, kita akan tetap dalam politik. Selama saya masih hidup, pertarungan berlanjut," kata Morales kepada wartawan setelah turun dari pesawat di Meksiko.

photo
Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard (kiri) menyambut mantan presiden Bolivia Evo Morales di Mexico City, Selasa (12/11). Morales menerima tawaran suaka di Meksiko.

Morales yang terlihat memakai kaus polo warna biru muda menuruni tangga pesawat jet milik Angkatan Udara Meksiko pada Selasa. Pesawat tersebut sengaja menjemputnya di Bolivia setelah Pemerintah Meksiko menawarkan suaka kepada Morales. Dia pun bertemu dengan Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard ketika pertama kali mendarat di negara tersebut.

Laporan Aljazirah menyebutkan, di markas Morales di Al Alto, ribuan orang berkumpul untuk memprotes kepergiannya. Kelompok ini mengatakan, mantan presiden adalah satu-satunya orang yang membawa martabat kepada masyarakat adat dan mereka takut akan adanya diskriminasi baru.

Pendukung Morales memaksakan diri untuk menerobos gedung kongres di La Paz. Mereka berteriak, " Dia (Anez--Red) harus turun!"

Sebaliknya, pendukung Anez turun ke jalan bersukacita. Mereka mengibarkan bendera nasional Bolivia pada Selasa malam setelah Anez mendeklarasikan diri sebagai presiden senat.

Foto pada Selasa menunjukkan Menteri Luar Negeri Meksiko Meksiko Marcelo Erbard (kriI) menyambut Morales dan mantan presiden Bolivia yang juga mengundurkan diri, Alvaro Garcia Linera, di Mexico City. n dwina agustin/reuters/ap ed: yeyen rostiyani

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement