REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Koordinator bidang Pratama DPP Partai Golkar Bambang Soesatyo (Bamsoet) memastikan maju dalam pemilihan calon ketua umum Partai Golkar periode 2019-2024. Namun Bamsoet enggan mengungkapkan berapa dukungan yang telah diterimanya.
"Saya tentu tidak akan menyampaikan yang hari ini saya sampaikan (maju jadi caketum Golkar), kalau saya tidak memiliki kalkulasi politik yang matang," kata Bamsoet di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (22/11).
Bamsoet mengaku telah mengkalkulasi dukungan terhadapnya sebelum akhirnya memastikan maju sebagai caketum Partai Golkar. Namun ia mengklaim telah mengantongi dukungan lebih dari setengah pemilih suara.
"Saya tentu harus hitung kembali dan kroscek apakah saya benar-benar dibutuhkan oleh daerah. Saya sudah keliling dan komunikasi dengan daerah-daerah, dan hari ini saya maju dengan perhitungan matang," ucapnya.
Sebelumnya Bamsoet akhirnya menjawab pertanyaan sejumlah pihak terkait maju tidaknya dirinya dalam pemilihan calon ketua umum (caketum) Partai Golkar periode 2019-2024. Dihadapan awak media, Bamsoet pun mendeklarasikan diri untuk maju dalam pemilihan caketum Partai Golkar.
"Dengan didasari kecintaan saya terhadap Partai Golkar, dengan mengucapkan bismillah, saya Bambang Soesatyo menyatakan siap menjalankan perintah para pemilik suara, para kader, dan berbagai organisasi yang pernah mendirikan Partai Golkar, berjuang untuk Golkar, untuk mengikuti kontestasi pemilihan ketua umum Partai Golkar pada periode 2019-2024," kata Bamsoet di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (22/11).
Bamsoet juga mengungkapkan alasan dirinya maju sebagai caketum Partai Golkar. Selain adanya desakan dari kader, salah satunya adalah semakin tergerusnya elektoral Partai Golkar.
Bamsoet menuturkan Partai Golkar telah mengalami penurunan jumlah kursi yang signifikan dalam empat periode pemilu terakhir. Partai Golkar terhitung telah kehilangan lebih dari 43 kursi dari semula 128 kursi pada 2004 menjadi 85 kursi pada pileg 2019.
"Ironisnya penambahan jumlah pemilih pada pemilu 2019 yang seharusnya berdampak positif bagi suara Golkar, justru sebaliknya, Golkar kehilangan lebih dari satu juta suara dibanding pemilu sebelumnya," ujarnya.