Senin 25 Nov 2019 08:39 WIB

Jumlah Pemilih Pemilu Hong Kong Pecahkan Rekor

Tiga juta warga Hong Kong memilih dalam pemilu dewan distrik

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Petugas menghitung surat suara dalam Pemilu di Hong Kong pada Ahad (24/11).
Foto: EPA
Petugas menghitung surat suara dalam Pemilu di Hong Kong pada Ahad (24/11).

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Sebanyak tiga juta warga Hong Kong memilih dalam pemilihan dewan distrik pada Ahad (24/11). Jumlah pemilih tersebut memecahkan rekor dari suara yang terkumpul pada pemilihan terdahulu.

Laporan South China Morning Post menyatakan jumlah pemilih dipastikan 71,2 persen dari 4,1 juta orang yang terdaftar untuk memilih. Jumlah itu sangat besar dibandingkan dengan jajak pendapat 2015 yang hanya 47 persen dan jauh melampaui rekor sebelumnya 58 persen dalam pemilihan Dewan Legislatif 2016.

Baca Juga

Surat suara dihitung segera setelah pemungutan suara berakhir pada pukul 22.30 waktu setempat. Hasil akhir dari perhitungan surat suara diharapkan akan terlihat pada Senin dini hari.

Peningkatan pemilih pada kali ini datang ketika desas-desus menyebar pada akhir pekan. Kabar yang tumbuh di internet menyatakan para pejabat pemilu akan menggunakan tipu muslihat untuk mengakhiri pemungutan suara sebelum waktunya. Ajakan untuk menyalurkan suara memobilisasi ribuan untuk turun ke lebih dari 600 tempat pemungutan suara di seluruh kota dan pulau-pulau terpencil.

"Saya bangun pagi-pagi untuk melepaskan tugas saya sebagai warga negara Hong Kong dan saya memilih untuk datang ke TPS karena desas-desus. Meskipun pemerintah telah membuat klarifikasi, saya masih bermain aman," kata Evan Wong Leung-fung yang berada di Tai Kok Tsui.

Antrean mulai terbentuk pada pukul 06.30. Sejumlah besar warga Hong Kong di luar negeri dan di daratan Cina melakukan perjalanan pulang untuk memberikan suara mereka.

"Masyarakat kita berada pada saat yang kritis dan banyak hal telah terjadi di universitas saya juga. Saya berharap dapat menggunakan upaya kecil saya sendiri untuk membantu memilih seorang anggota dewan yang memiliki sikap politik yang benar," kata Sunny Chua yang bergabung dengan antrean panjang di luar TPS Kam Ping di North Point. Ia datang pada malam hari untuk memberikan suara pertamanya.

Chua mengatakan baginya dan banyak anak muda sikap politik seorang kandidat adalah faktor paling penting dalam menentukan pilihan. Mereka tidak lagi memandang manfaat dan layanan masyarakat yang bisa dijanjikan seorang anggota dewan.

Setelah memberikan suara lebih awal di Raimondi College di Robinson Road, Pemimpin Ekskutif Hong Kong Carrie Lam mengatakan banyak warga berharap ketenangan di kota selama beberapa hari terakhir dapat berlanjut setelah pemilihan. "Saya harap itu berarti semua orang tidak menginginkan kekacauan seperti itu di Hong Kong dan kita dapat meninggalkan masa-masa sulit ini, sehingga kita dapat memulai dari awal," katanya.

Hasil pemantauan terakhir pada pukul 07.00 waktu setempat kursi untuk pro-demokrasi berhasil mendapatkan 44,5 persen suara atau 201 kursi. Sedangkan untuk pro-Beijing mengumpulkan 6,2 persen dengan 28 kursi dari jumlah 452 kursi di dewan distrik. Saat ini, di dewan distrik anggota dewan pro-Beijing memegang 292 kursi. Sementara pro-demokrasi memiliki 116 kursi dan kelompok independen memegang 23 kursi.

Para analis mengatakan sebuah hasil kuat oleh pro-demokrasi mengindikasikan warga Hong Kong masih mendukung para pemrotes, meskipun ada kecenderungan terhadap kekerasan oleh sebagian orang. Pesan yang jelas adalah pemilih menolak kepemimpinan Lam di Hong Kong.

Di sisi lain, jika para pro-demokrasi tidak membuat kemajuan dramatis dan kubu pro-Beijing mempertahankan kekuasaannya, para pemilih yang lebih konservatif dapat berubah haluan. Mereka akan merasa bosan dengan kekerasan dan menginginkan kembali ke keadaan normal.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement