REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, melepas enam kontainer berisi 64,77 ton produk olahan unggas, dan 10 kontainer berisi 200 ton pakan ternak untuk diekspor ke pasar Jepang dan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL). Produk peternakan asal Indonesia yang diekspor tersebut mencapai nilai Rp 2,51 miliar.
Seperti diketahui Jepang dikenal sebagai negara yang memiliki standar keamanan pangan yang sangat tinggi, keberhasilan Indonesia menembus pasar negara yang sering disebut dengan Negara Sakura tersebut, membuat Syahrul sangat optimistis akan peningkatan performa ekspor produk peternakan di Tanah Air.
“Hari ini kita sama-sama telah menyaksikan sebuah langkah yang tentu saja menjadi harapan dan kebutuhan bangsa ini, hari ini kita tidak bicara impor, kita bicara tentang kekuatan bangsa ini utk bisa melakukan ekspor dengan tujuan berbagai negara yang ada di dunia,” ungkap Syahrul di Kantor Pusat Charoen Phokpand Indonesia di Jakarta, Ahad (24/11).
Selain menciptakan peluang dan solusi praktis bagi peternak dalam membangun iklim dan lingkungan yang lebih baik bagi tumbuh dan berkembangnya usaha peternakan. Syahrul berharap aktivitas ekspor dapat menjadi upaya logis yang dihadirkan pemerintah dalam melakukan perluasan pasar ekspor produk olahan unggas dan pakan ternak di Indonesia.
Ekspor dipercaya Syahrul dapat memperluas peluang bisnis bagi peternak, upaya ini dapat menjadi solusi bagi peternak saat terjadi over supply. Berdasarkan data statistik peternakan tahun 2018, populasi ayam rasa pedaging (broiler) mencapai 3,14 miliar ekor, ayam ras petelur (layer) mencapai 261,93 juta ekor dan ayam bukan rasa (buras) mencapai 399,98 juta ekor.
“Oleh karena itu hari ini kita semua menjadi bagian untuk melakukan langkah ekspor kita baik ke Jepang maupun ke Timor Leste, ini pertanda kita Indonesia memiliki berbagai potensi yang juga dibutuhkan oleh negara lain,” tambah Syahrul.
Pemerintah meyakini peluang produk peternakan terutama unggas di pasar global cukup terbuka selama aspek kesehatan hewan menjadi perhatian dari pelaku usaha.Ia berharap kedepan ekspor pertanian Indonesia termasuk sub sektor peternakan bisa meningkat hingga tiga kali lipat.
“Saya bersama dengan seluruh pihak akan berupaya untuk bersama-sama meningkatkan ekspor pertanian termasuk sektor peternakan didalamnya, targetnya bisa menjadi tiga kali lipat lewat program Gratieks, Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor, kita harus optimistis,” tegas Syahrul.
Subsektor peternakan akan berperan penting bagi proses pembangunan, Selain itu, peluang pemasarannya juga makin terbuka luas terutama untuk ekspor unggas. Hal tersebut didukung melalui nilai ekspor komoditas subsektor peternakan yang mengalami peningakatan, tercatat di tahun 2018 sebesar 640,17 juta dolar AS atau setara Rp 9,05 triliun. Angka ini meningkat 2,42 persen dibanding tahun 2017 yang sebesar 625,14 juta dolar AS atau setara 8,83 triliun.
“Yang terpenting bukan hanya angkanya, tetapi lebih bagaimana negara mendampatkan manfaat dari ekspor pertanian kita, bagaimana peternak mendapatkan manfaat dari upaya ekspor yg kita lakukan, bagaimana pelaku usaha dapat membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat Indonesia,” ungkap Syahrul.
Dikesempatan yang sama, Presiden Komisaris PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk, T Hadi Gunawan, mengatakan bahwa pihaknya akan terus berupaya meningkatkan kinerja ekspor produk peternakan di Indonesia.
“Sejak dilakukan ekspor pada 2018 hingga Oktober 2019 lalu, kami telah mencapai nilai ekspor Rp 26,04 miliar, sehingga dengan pelepasan ekspor 16 kontainer hari ini total ekspor kami ke luar negeri sebanyak 203 kontainer dengan nilai mencapai Rp 28,54 miliar,” ungkap Hadi.