Selasa 26 Nov 2019 18:19 WIB

Dukung Program Mobil Listrik, PLN akan Siapkan 600 MW

PLN memastikan kapasitas listrik cukup untuk memenuhi program mobil listrik.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Gita Amanda
PLN (Ilustrasi). PLN siapkan 6.000 megawatt untuk mendukung program mobil listrik Pemerintah.
Foto: Antara
PLN (Ilustrasi). PLN siapkan 6.000 megawatt untuk mendukung program mobil listrik Pemerintah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyatakan, siap memasok energi listrik untuk program Kendaraan Bermotor Listrik (KBL). Perseroan memastikan, kapasitas listrik yang dimiliki cukup untuk memenuhi kebutuhan itu.

Ketua Tim Mobil Listrik PLN Zainal Arifin menyatakan, perusahaan telah membuat peta jalan atau road map untuk 10 tahun ke depan. "Dalam 10 tahun mendatang, kebutuhan listrik untuk mobil listrik tidak sampai 1.000 MW (Megawatt), hanya 600 MW dengan perkiraan jumlah mobil listrik sekitar 500 ribu. Kecil memang," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Selasa, (26/11).

Baca Juga

Angka itu ditetapkan setelah mempertimbangkan berbagai hal, di antaranya tempat dan waktu pengisian daya atau charging. "Kami encourage pemilik mobil listrik charge di rumah jadi seolah-olah tidak menambah kapasitas, apalagi dilakukan saat overnight antara pukul 10 malam sampai lima pagi, sehingga tidak berefek apa-apa, karena saat itu kapasitas lagi turun," jelas Zainal.

Menurutnya, yang perlu dikhawatirkan adalah ketika isi daya mobil dilakukan malam, antara pukul 18.00 WIB sampai 22.00 WIB. Alasannya, beban listrik tengah naik saat itu.

"Sehingga mau nggak mau kita harus siapkan power pembangkit lagi untuk naikkan empat jam itu. Itu mahal, tapi kalau bisa kita hindari, bisa kita cut, kita shift ke pagi, nggak masalah," jelas Zainal.

Ia menambahkan, kapasitas pembangkit listrik di Jawa dan Bali saat ini mencapai 6.000 MW. Maka kebutuhan 600 MW bukan masalah.

"Maka saya katakan, kalau hari ini satu juta mobil listrik datang dengan pola charging yang kita siapkan, maksimal kita harus siapkan 2.200 MW. Artinya jika bicara di Jawa dan Bali, kita lebih dari siap," tegasnya.

Meski begitu, Zainal menuturkan, masih ada beberapa tantangan bila program KBL diberlakukan. Pertama terkait tarif listrik yang sekarang belum dilakukan penyesuaian.

"Seolah tarif nge-charge di public, di rumah, dan di fast charging sama. Ini nggak make sense, karena bisnis charger-nya jadi nggak profitable padahal ada investasi yang perlu dipikirkan," tutur dia.

Tantangan kedua, lanjutnya, lokasi isi daya harus di tempat kendaraan berkumpul. Sementara kebanyakan kantor PLN tidak berada di lokasi tersebut, maka perusahaan menggandeng pengelola apartemen, mall, dan lainnya.

"Ketiga, jika punya mobil listrik tapi di rumah hanya langganan listrik 2.200 sampai 3.000 watt, berarti belum siap, sebab nggak bisa buat nge-charge mobil. Jadi kita persilahkan mereka naikkan hingga minimal 7.700 watt," tutur Zainal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement