REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL -- Dampak kemarau panjang masih dirasakan beberapa daerah di Indonesia. Universitas Islam Indonesia (UII) bersama Aksi Cepat Tanggap (ACT) rutin melakukan distribusi air bersih ke Kabupaten Gunungkidul. Ini menjadi langkah kepedulian untuk membantu sesama.
Sejak Agustus lalu, UII bersama ACT sudah mendistribusikan air bersih sebanyak 120 tangki. Bagi Rektor UII, Fathul Wahid, distribusi air bersih dilaksanakan untuk menanggapi permasalahan sosial kemanusiaan.
Fathul menekankan, amanah yang disampaikan merupakan jawaban dari panggilan sesama yang membutuhkan. Karenanya, ia menegaskan, UII akan terus memberi kontribusi terbaik bagi masyarakat yang membutuhkan.
"Termasuk, untuk masyarakat di Kabupaten Gunungkidul yang sedang dilanda kekeringan," kata Fathul, Selasa (26/11) lalu.
Ia berharap, bantuan air bersih itu dapat membantu mengatasi krisis air bersih di Kabupaten Gunungkidul. Fathul merasa, semakin banyak yang tergerak tentu permasalahan masyarakat akan cepat terselesaikan.
Universitas Islam Indonesia (UII) bersama Aksi Cepat Tanggap (ACT) rutin melakukan distribusi air bersih ke Kabupaten Gunungkidul.
Distribusi air bersih terakhir dilakukan di Kecamatan Nglipar dan di Kecamatan Pathuk. Sebanyak 44 ribu liter air bersih disalurkan kepada warga dengan total penerima bantuan sebanyak 763 jiwa.
Seorang warga Desa Srumbung, Kamto mengungkapkan, selama ini Desa Srumbung hanya mengandalkan air dari Penampungan Air Hujan (PAH). Termasuk, untuk memenuhi keperluan air sehari-hari.
"Walaupun bulan ini sudah turun hujan tiga kali tapi air hujan masih belum layak untuk dikonsumsi, dta sumber air tanah masih sulit untuk didapat," ujar Kamto.
Kehadiran Water Tank di Desa Srumbung disambut sangat antusias warga sekitar. Koordinator Dropping Air Bersih ACT DIY, Kharis Pradana menegaskan, distribusi akan terus dilakukan sampai kemarau berakhir.
"Untuk menjamin ketersediaan air bersih kita terus berusaha membangun sumur wakaf di wilayah-wilayah rawan kekeringan seperti Gunungkidul," kata Kharis.