REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim peneliti yang dibentuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dari beberapa universitas saat ini masih menunggu hasil uji laboratorium untuk membuktikan kandungan dioksin dalam telur ayam di Desa Tropodo, Sidoarjo.
"Saat ini sedang menunggu hasil uji lab dan diperkirakan akhir bulan ini sudah ada laporan sehingga kita akan konfirmasi kebenarannya," kata Koordinator Kajian Dioksin dari tim peneliti, Setyo Gunawan di Jakarta, Selasa (3/12).
Tahapan menunggu hasil lab ini diperoleh setelah melalui beberapa proses penelitian yang dilakukan sejumlah peneliti dari berbagai universitas terkemuka di Indonesia di antaranya Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Ia menjelaskan tahapan yang dilalui didasarkan atas tiga pertanyaan yang menjadi poin utama, pertama apakah benar dioksin ada di dalam telur ayam. Kemudian jika benar ada, maka kemungkinan dioksin tersebut juga ada pada ayam sehingga perlu pula dikaji apakah benar dioksin ada pada ayam.
Pertanyaan terakhir, apa benar di lingkungan sekitar terdapat kandungan dioksin dalam telur ayam akibat pembakaran sampah plastik.
Untuk menjawab tiga poin penting tersebut, para peneliti menggunakan sejumlah parameter, yakni telur itu sendiri dalam pertanyaan pertama, daging ayam pada pertanyaan kedua serta beberapa serangga dan cacing di lingkungan sekitar pada pertanyaan ketiga.
"Kemudian kami mengkaji lebih jauh mengenai keakuratan data dengan mendata jumlah industri rumah tangga pabrik tahu yang menjadi sumber awal permasalahan dioksin dalam telur ayam," ujarnya.
Sebab permasalahan bermula dari pabrik-pabrik tahu yang menggunakan sampah plastik sebagai bahan bakar pengolahan sehingga perlu difokuskan pada pabriknya terlebih dahulu, bukan pada hewan ayamnya.
Dalam tahapan ini diketahui terdapat 54 industri rumah tangga yang mengolah tahu, walaupun data sebelumnya menunjukkan hanya ada 36 unit.
"Dari situ kami lakukan pemetaan dan pengambilan sampel yang memang dapat merepresentasikan keseluruhan data. Yang pasti tidak mungkin satu titik saja," ujar dia.
Para peneliti fokus pada dua dusun terlebih dahulu yakni Dusun Areng-Areng dan Dusun Klagen serta mengambil satu sampel pada radius 50 hingga 100 meter. Secara total diambil lima data yang dirata-ratakan."Data inilah yang sudah kami masukan ke laboratorium dan sudah teruji untuk dianalisis. Jadi sama-sama kita tunggu," katanya.
Menurutnya, yang ingin disampaikan para peneliti saat ini pada masyarakat ialah kejadian dugaan dioksin dalam telur ayam ini terjadi di Desa Tropodo, Sidoarjo sehingga tidak berlaku general. "Jika memang ada, solusinya nanti akan ada tim sendiri pula yang dapat menjelaskan," ujarnya.