Rabu 04 Dec 2019 10:47 WIB

1.200 Hari Ditahan Taliban, Warga AS: Tak Semua Mereka Jahat

Warga AS mendapat perlakuan baik selama ditahan Taliban.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nashih Nashrullah
Taliban melakukan pembebasan tahanan melalui Program Pertukaran Tawanan. Foto milisi Taliban (ilustrasi).
Taliban melakukan pembebasan tahanan melalui Program Pertukaran Tawanan. Foto milisi Taliban (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY – Seorang pria Australia yang menghabiskan tiga tahun di penahanan Taliban akhirnya bebas. Dia tidak hilang harapan akan mendapatkan pertolongan untuk bisa kembali merasakan kehidupan bebas. 

Timothy Weeks membagikan cerita pengalamannya ditahan Taliban untuk pertama kalinya sejak dibebaskan dalam kesepakatan pertukaran tahanan. Dia mengaku, tidak pernah kehilangan harapan untuk bebas. Meski begitu, penahanan tersebut memberikan efek mendalam dan tidak terbayangkan baginya. 

Baca Juga

Pria berusia 50 tahun ini menceritakan, kehidupan di tahanan seperti neraka karena dia bergerak antara sel-sel tanpa jendela di Afghanistan dan Pakistan. "Setelah hampir 1.200 hari, cobaan kami berakhir dengan tiba-tiba seperti yang telah dimulai," ujarnya.  

Weeks dan rekan dari Amerika Serikat Kevin King dibebaskan pada 20 November. Keduanya merupakan bagian dari kesepakatan antara Pemerintah Taliban, AS, Australia, dan Afghanistan.

Kedua profesor di Universitas Amerika Serikat di Kabul ini diculik orang-orang bersenjata mengenakan seragam militer ketika mereka pulang dari kelas pada Agustus 2016. 

"Saya berjuang untuk menemukan kata-kata untuk mengungkapkan betapa sepenuhnya ini telah mengubah saya," ujar Weeks, dikutip dari Aljazirah

Penahanan oleh Taliban terkadang membuatnya merasakan kematian makin dekat. Pikiran negatif tentang kehidupan yang akan terus semakin memburuk pun sering kali menemaninya dalam penjara.  

Kesempatan pun datang pada April tahun ini. Weeks mengatakan, dia dibangunkan pukul 02.00 oleh para penjaga. 

Penjaga itu mengatakan kepadanya kalau mereka sedang diserang ISIS dan akan memindahkannya ke sebuah terowongan di bawah tahanan. 

"Aku percaya sekarang Navy SEAL datang untuk menjemput kita. Dan saat kita masuk ke terowongan, kita hanya satu atau dua meter di bawah tanah. Ada ledakan besar di pintu depan," kata Weeks. Saat penjaga yang menemani Weeks melihat ke atas, terdengar suara tembakan dari senapan mesin. 

Dia percaya Navy SEAL tepat di luar pintu area yang menahan mereka. Meski mendapatkan pengalaman buruk dari penahan itu, Weeks mengatakan, beberapa penjaga Taliban yang ditemui adalah orang-orang baik. "Aku sama sekali tidak membenci mereka," katanya.

Weeks menaruh hormat dan rasa cinta bagi beberapa orang dari kelompok tersebut. "Beberapa dari mereka begitu penuh kasih dan orang-orang yang sangat baik. Dan itu membuat saya berpikir tentang bagaimana mereka berakhir seperti ini?"

Setelah merasakan penahanan dan berinterkasi langsung, Weeks menyadari, mereka yang menjadi anggota Taliban merasa menjadi prajurit. 

Mereka hanya bertugas mematuhi perintah yang diberikan komandan dan tidak punya pilihan lain. Saat perpisahan pun, Weeks memeluk beberapa pengawal Taliban yang menemaninya selama menjalani masa penahanan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement