REPUBLIKA.CO.ID, PARIS — Perwakilan dari sejumlah negara di dunia akan melakukan pertemuan di Ibu Kota Paris, Prancis untuk berbicara mengenai Kelompok Dukungan Internasional untuk Libanon. Pertemuan ini dilakukan, mengingat Lebanon yang masih berada dalam situasi kebuntuan politik dan ekonomi.
Dilansir dari Alarabiya, Rabu (11/12), seorang pejabat Lebanon yang tidak disebutkan namanya mengatakan perwakilan dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab kemungkinan tetap diundang dalam acara ini. Situasi di Lebanon yang diwarnai kekacuan politik dan berujung pada krisis ekonomi di negara itu dinilai perlu mendapat perhatian internasional secara luas.
Perdana Menteri sementara Lebanon, Saad Hariri telah mengeluarkan permohonan bantuan untuk mengamankan makanan dan bahan baku di negara itu untuk para penduduk. Selain itu, atas kekurangan dolar yang beredar, bank di negara Timur Tengah ini juga memberlakukan batas penarikan dan mengurangi batas kredit, serta membatasi jumlah mata uang keras yang diperlukan untuk impor.
Hal itu telah mengakibatkan Lebanon berusaha mengimpor pasokan medis, kekurangan makanan, dan kebutuhan pokok lainnya. Sebelumnya, Lebanon mendapatkan bantuan lebih dari 11 miliar dolar AS dari komunitas internasional, yang didasarkan pada reformasi. Namun, hal ini menemui kegagalan, yang membuat keterpurukan ekonomi semakin terjadi.
Pada Oktober lalu, Hariri telah mengundurkan diri menyusul aksi unjuk rasa besar-besaran yang terjadi di negara itu. Namun, belum ada pengganti dalam kepemimpinannya hingga saat ini.
Banyak anggota masyarakat di Lebanon yang lelah dengan situasi kebuntuan ekonomi, serta korupsi yang meluas di negara itu. Lebanon telah dipandang sebagai salah satu wilayah yang stabil di Timur Tengah.
Kesepakatan dalam pembagian kekuasaan telah mengakhiri perang saudara di Lebanon yang terjadi 30 tahun lalu dan menciptakan perdamaian. Namun, hal ini gagal mencegah krisis ekonomi yang terus memburuk.