REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Beberapa ribu orang turun ke jalan melakukan protes terbesar di Thailand sejak kudeta 2014, Sabtu (14/12).
Demonstrasi di Bangkok, yang diserukan sehari sebelumnya oleh pemimpin partai Future Forward Thanathorn Juangroongruangkit membangkitkan ingatan kembali akan aksi unjuk rasa massal yang berlangsung secara periodik di Bangkok selama pergolakan politik dua dekade lalu.
Namun tak ada tanda usaha menghalangi unjuk rasa terbesar itu sejak Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha merebut kekuasaan 2014 dengan janji mengakhiri kekisruhan seperti itu. "Ini hanya permulaan," kata Thanathorn, miliuner yang berusia 41 tahun, di depan massa yang berkumpul dekat mal MBK Center di jantung distrik bisnis dan perbelanjaan Bangkok.
Thanathorn telah muncul sebagai tokoh oposisi yang paling bersuara lantang menentang pemerintah yang dipimpin Prayuth (65 tahun) sejak pemilihan pada Maret yang dikatakan oposisi itu dimanipulasi untuk menguntungkan tentara. Panel pemilihan Thailand telah meminta Mahkamah Konstitusi membubarkan partai Future Forward. Menurut mereka, partai itu melanggar undang-undang yang mengatur partai-partai politik dengan menerima aliran dana miliaran dolar dari Thanathorn.
Bulan lalu, Mahkamah Konstitusi mendiskualifikasi Thanathorn sebagai anggota parlemen karena memiliki saham di sebuah perusahaan media pada saat pencalonannya terdaftar dalam pemilihan. Thanathorm mempermasalahkan keputusan itu.
Di antara kerumunan massa yang ikut protes pada Sabtu, terdapat sejumlah demonstran kaus merah, para pendukung pemimpin populis yang digulingkan Thaksin Shinawatra, yang pernah bentrok di Bangkok dengan para konservatif kemeja kuning, pendukung setia istana dan tentara.