Senin 23 Dec 2019 04:31 WIB

Uighur Mempunyai Andil dalam Mengislamkan Jawa?

Muslim Uighur ternyata pernah menyerang Jawa semasa Raden Wijaya

Muslim Uighur di Cina
Foto: Onislam.net
Muslim Uighur di Cina

Oleh: Sunano, Penulis Buku Muslim Tionghoa di Yogyakarta)

Dalam satu episode sejarah, wilayah China pernah dipermalukan menjadi negara taklukan dari bangsa luar. Hampir seabad (1280-1368) orang Mongol berhasil mendirikan Dinasti Yuan di China. Menjadi jajahan orang Mongol (bangsa Tartar) yang merupakan rumpun besar dari suku Uighur. Ini menjadi cerita kelam bagi bangsa Han, yang merupakan etnis terbesar di China. Takluk oleh bangsa barbar. Begitu mereka (baca: orang Han/kekaisaran China) menyebutnya.

Bahkan jika sejarah penguasaan bangsa Manchuria atas China, yang konon juga merupakan salah satu rumpun Tartar, maka penjajahan bangsa Tartar terhadap bangsa Han (China) lebih lama lagi. Hampir tiga abad, orang Tartar Manchuria kokoh mendirikan Dinasti Ching (1664-1912).

Orang Mongol tinggal di utara Gurun Gobi. Mereka dikenal sebagai orang yang liar dan kuat, dan mengaku sebagai keturunan serigala biru. Saat malam menjelang, anak-anak dengan senang mendengarkan dongeng-dongeng tentang pahlawan-pahlawan yang menjadi pemimpin di kaum mereka. Cerita tentang kemenangan, kebebasan, kebesaran dan peperangan. Heroisme ini mengendap pada setiap mimpi anak-anak. Kelak, ketika dewasa menjadi pasukan tempur yang sangat ambisius dan brutal.

Episode penaklukan China, yang berada di dalam tembok besar, merupakan cerita tragis. Derap kuda besar yang kuat, yang biasa dipakai menyeberangi luasnya Gurun Gobi, datang bak tsunami meluluhlantahkan kekuasaan Kekaisaran Dinasti Sung. Tidak butuh waktu lama, kota demi kota Dinasti Sung China takluk. Batas tapal kuda ternyata tidak hanya berhenti sampai muara Sungai Kuning. Kuda-kuda itu naik kapal laut, menyeberang lautan, memicu badai sampai Pulau Jawa.

Tidak ada tentara, pasukan perang, yang bergerak lebih cepat di dunia selain pasukan Mongol di bawah kepemimpinan Jenghis Khan. Mereka memiliki disiplin militer yang tinggi dan ketahanan pangan yang luar biasa. Kesalahan sekecil apapun, dikenakan hukuman pancung. Cadangan makanan pasukan perang, setiap prajurit selalu membawa kuda lebih dari satu dan hewan ternak. Kuda betina diperah susunya, direbus dan dijadikan keju. Hewan diolah menjadi dendeng kering. Dengan begitu pada setiap penyerbuan ke suatu negara, tidak pernah ada hambatan serius. Semua bisa ditaklukan. Setiap pasukan selalu membawa makanan yang bisa bertahan berminggu-minggu. Mereka akan bergerak bebas.

Wilayah taklukan Mongol membentang dari Rusia-Eropa Timur, Dinasti Abbasiyah di Irak sampai semua wilayah China, dan Asia Tenggara. Luasnya daerah taklukan melebihi kehebatan manapun. Semua kerajaan yang berhasil diporakporandakan. Pada awal penaklukan tidak banyak menyisakan tawanan, semua di bunuh dan kota dimusnahkan. Lambat laun, akhirnya merekrut tawanan sebagai pasukan militer. Semua penduduk yang mendiami wilayah taklukan dijadikan tawanan. Pemuda yang kuat dilatih dan menjadi pasukan perang Mongol. Cerita ini sama, ketika perjalanan menaklukkan Bukhara (Uzbekistan), salah satu tawan perang adalah anak Gubernur Bukhara, Sayyid Adjal Syamsuddin (1211–1279) yang dikenal dengan nama Sai-Tien-Enih. Yang pada masa tuanya merupakan panglima perang Muslim yang sangat disegani orang Mongol. Bukhara adalah wilayah tempat kelahiran Imam Bukhori, penulis buku hadist paling terkenal dalam sejarah Islam.

Orang Mongol tidak terlalu mempersoalkan agama, mereka lebih suka pada rampasan perang dan wanita untuk memperbanyak keturunan. Maka saat penyerangan ke wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah, pasukan perang dari wilayah taklukan tetap beragama Islam. Interaksi orang Mongol, Tartar dengan agama Islam juga sudah terjadi sejak awal abad Hijriyah, ketika jalur sutera masih sangat ramai. Jauh sebelum ditemukan kapal besar yang sanggup mengarungi samudera.

Saat persiapan perang penaklukan China sudah selesai, ratusan ribu pasukan Mongol, yang sebagian merupakan tawanan perang tentara Muslim, bergerak dengan cepat menyerang Jantung Kerajaan Sung di Hangchow. Beruntung Jenghis Khan sudah tua dan ambisi memusnahkan kota sudah hilang. Kota-kota yang dibangun indah di China aman dari pemusnahan, walaupun penjarahan masih tetap berlangsung. Kota demi kota ditaklukan sampai Provinsi Yunan di ujung selatan. Keberhasilan penaklukan Yunan, dipimpin oleh panglima perang Sayyid Adjal Syamsuddin. Baik Tan Ta Sen maupun Kong Yuanzhi saat menulis buku tentang Cheng Ho, menjelaskan bahwa buyut Cheng Ho ini adalah anak Gubernur Bukhara.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement