Selasa 24 Dec 2019 01:50 WIB

Masjid di Jerman Diteror Surat Kaleng Ujaran Kebencian

Surat kaleng ujaran kebencian dikirim selama akhir pekan lalu.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Islamofobia (ilustrasi)
Foto: Bosh Fawstin
Islamofobia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DUISBURG – Sebuah masjid di Kota Duisburg, Jerman barat, dikirimi surat berisi ujaran kebencian selama akhir pekan lalu. 

Menurut pengelola masjid, Masjid Muradiye menerima surat berisi kebencian itu pada Ahad (22/12) waktu setempat. Dilansir di Daily Sabah, Senin (23/12), di surat itu tertulis bahwa surat dikirim dari Munich. 

Baca Juga

Namun, menurut pihak pengelola masjid, nama dan alamat pengirim surat itu kemungkinan besar palsu.

Tidak hanya menghina Islam, Turki dan Arab, surat tersebut juga berisi gambar babi dan ditandatangani PEG, kependekan dari 'Prinz Eugen Gruppe'. 

Prinz Eugen Gruppe adalah nama kapal perang penjelajah Nazi yang bertugas dalam Perang Dunia II. Selanjutnya, pengelola Masjid Muradiye mengatakan mereka akan memberi tahu pihak berwenang sesegera mungkin.  

Masjid Muradiye dijalankan Persatuan Islam-Turki untuk Urusan Agama (DITIB), yang merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Jerman. Organisasi ini didirikan pada 1984 sebagai cabang Diyanet, lembaga keagamaan utama Turki.

Ancaman teror terhadap masjid bukan kali ini terjadi. Masjid-masjid di Jerman telah menjadi sasaran serangan, mulai dari lemparan bom molotov hingga pembuangan kepala babi di sekitar masjid. Sentimen anti-Muslim memang telah meningkat setelah masuknya pengungsi Muslim ke negara itu. 

Sementara itu, kepolisian Jerman sendiri telah dikritik lantaran mereka gagal mengidentifikasi tersangka dari berbagai ancaman dan teror terhadap masjid tersebut. Negara dengan penduduk lebih dari 81 juta orang ini memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis. 

Di antara hampir 4,7 juta Muslim di Jerman, 3 juta dari mereka berasal dari Turki. Banyak orang Jerman keturunan Turki adalah keturunan imigran Turki generasi kedua dan ketiga yang pindah ke negara itu selama 1960-an. (Kiki Sakinah)

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement