Rabu 25 Sep 2024 07:24 WIB

Sempat Mau Mengebom Masjid, Richard Akhirnya Berislam

Inilah kisah seorang mualaf yang juga mantan marinir Amerika Serikat.

Richard McKinney, seorang mualaf dari Amerika Serikat.
Foto: dok instagram
Richard McKinney, seorang mualaf dari Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pada suatu hari Jumat di tahun 2009, Richard “Mike” McKinney tidak lagi mampu menahan diri. Mantan marinir Amerika Serikat (AS) itu memboyong beberapa bahan peledak (improvised explosive device, IED) dari rumahnya.

Dengan mengendarai mobil, lelaki bertubuh tegap itu langsung menuju Masjid Islamic Center of Muncie di Indiana, AS. Tujuannya adalah mengebom masjid tersebut dan sekaligus “menghabisi” seluruh Muslim di sana.

Baca Juga

Murka sebesar itu ternyata dipicu persoalan sepele. Satu hari sebelumnya, Mike melihat putri kesayangannya, Emily, pulang dari sekolah. Segalanya tampak biasa-biasa saja, hingga ketika anak perempuannya itu menuturkan pengalamannya.

Emily bercerita, dirinya suatu hari diajak untuk datang ke rumah seorang kawannya. Sesampainya di sana, tampaklah ibu temannya itu mengenakan niqab.

“Jadi mereka adalah orang Muslim!?” tanya Mike dengan nada tinggi.

“Entahlah, tapi mereka ramah dan baik padaku,” jawab Emily singkat.

Berkali-kali, Mike menyuruh anak perempuannya itu agar jangan lagi dekat-dekat dengan kawannya tersebut. Tentu saja, Emily heran.

Bagaimana menghakimi baik atau buruknya orang dari busana yang mereka pakai? Kalaupun mereka beragama Islam, lantas apa masalahnya?

Hingga malam hari, Mike tidak bisa tidur. Ia merasa cemas kalau putrinya akan dipengaruhi orang-orang “asing” itu. Mimpi buruk terbesarnya adalah, Emily akan menjadi Muslim.

Itulah yang mendorongnya untuk mempersiapkan “bom rumahan”, untuk kemudian diledakkan di tengah jamaah Masjid Islamic Center Muncie. Persiapan dilakukannya dengan rapi. Mantan marinir ini seolah-olah hendak berangkat ke medan pertempuran.

Tibalah ia di masjid tersebut. Siang itu, tempat ibadah Muslimin ini tampak cukup ramai. Beberapa jamaah masih berada di sana, sesudah menunaikan shalat Jumat. Beberapa orang melihat Mike turun dari mobil dengan memakai jas tebal dan ikat kepala.

Untuk sesaat, di pikiran Mike terlintas kata-kata putrinya: “Setiap orang tidak dilahirkan dengan prasangka, rasisme, atau kebencian.” Karena itu, ia sempat mengurungkan niatnya untuk langsung melempari masjid ini dengan “bom” buatan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement