Selasa 24 Dec 2019 14:56 WIB

Keberhasilan Pola Asuh Anak Dimulai dari Ibu yang Bahagia

Ibu merasa bahagia maka ia dapat menjalani seluruh perannya dengan emosi yang stabil

Ibu dan anak
Foto: Prayogi/Republika
Ibu dan anak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog dari Biro Psikologi Metafora Purwokerto Ketty Murtini mengatakan keberhasilan pola asuh dan pendidikan karakter seorang anak dimulai dari ibu yang bahagia.

"Ibu yang bahagia menjadi faktor penentu keberhasilan pola asuh, sehingga ibu harus memperhatikan kebahagiaan dirinya dulu," katanya di Purwokerto, Selasa (24/12).

Dia mengatakan apabila ibu merasa bahagia maka ia dapat menjalani seluruh perannya dengan emosi yang stabil. "Kestabilan emosi tadi memegang peranan penting agar dapat menjalani seluruh aktivitas antara ibu dan anak dengan sangat baik," kata dia.

Kestabilan emosi dan rasa bahagia seorang ibu akan berpengaruh pada suasana di rumah, dan kebahagiaan seorang ibu akan dirasakan bahkan memberikan energi positif pada keluarganya.

"Karena itu penting bagi ibu untuk menjaga moodagar emosinya selalu stabil, bahagia, dan tentu saja hal ini memerlukan dukungan dari ayah dan anggota keluarga lainnya," katanya.

Dia juga kembali mengingatkan bahwa sesuai teori psikologi, masa emas adalah masa lima tahun pertama dari kehidupan manusia. "Dari situ sudah bisa tergambar pentingnya pendampingan orang tua khususnya ibu, bagi anak pada usia dini atau balita, dan pendampingan yang dimaksud tentu saja dapat berjalan optimal jika emosi ibu terjaga dengan baik."

Sifat seorang anak merupakan bawaan sejak lahir namun karakter adalah hasil dari proses pembelajaran yang terus menerus. "Dengan demikian, sangat penting bagi anak usia dini mendapatkan kesempatan dan hak untuk mendapat bimbingan dan contoh dari orang tua dan keluarga di sekitarnya karena itu akan menjadi dasar perilaku dan pemikiran sepanjang hidup anak, kalau tidak dibentuk sejak kecil akan kesulitan," katanya.

Dia mencontohkan, anak yang dipertontonkan perilaku penuh cinta kasih akan meniru hal tersebut pada masa-masa yang akan datang. "Sebaliknya, anak yang terus menerus melihat contoh kekerasan pasti lama kelamaan juga akan meniru seperti itu," katanya.

Dia berpendapat bahwa ibu yang bahagia dan memiliki emosi yang stabil akan sering mempertontonkan cinta kasih pada anak-anaknya. "Dengan demikian diharapkan pola asuh anak dan pendidikan karakter anak akan berjalan optimal, pendidikan karakter yang dimaksud adalah sikap sopan, bisa bergaul dimana saja, menghargai, jujur dan beriman," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement