REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menonton film biasanya jadi sarana untuk menghilangkan penat atau mengambil nilai-nilai yang terkandung dalam peliknya sebuah jalan cerita. Tapi, sepertinya, tujuan itu tak akan tercapai saat menonton film "Cats" yang disutradarai oleh Tom Hooper.
Dalam berbagai ulasan di luar negeri, memang banyak yang menyinggung film itu dengan nada negatif. Tapi memang terbukti, saat meilhat film itu, rasanya seperti sedang terjebak dalam sebuah kejanggalan selama sekitar 100 menit tanpa henti.
Agak mengherankan memang. Mengingat, film yang digarap dengan anggaran sekitar 100 juta dolar AS itu bisa dibilang cukup janggal dari berbagai aspek. Baik dari segi teknis maupun dari aspek jalan cerita.
Sejatinya, film ini merupakan sebuah film yang diadaptasi dari drama musikal Broadway karya Andrew Lloyd Webber pada 1982. Sayang, film ini terkesan menyamaratakan ekspektasi antara pentonton film dan penonton drama musikal. Akhirnya, penonton pun merasa bosan saat setelah sekian menit bersabar menanti datangnya kejutan atau konfilik dalam film ini.
Secara garis besar, film ini bercerita soal segerombolan kucing di London yang masing-masing diperankan oleh James Corden, Judi Dench, Jason Derulo, Idris Elba, Jennifer Hudson, Ian McKellen, Taylor Swift, Rebel Wilson, Fransesca Hayward.
Segerombolan kucing itu saling adu bakat demi memperoleh kehidupan baru di Heaviside Layer. Tapi sayang, sepanjang jalanya film, inti cerita hanya disajikan dalam porsi sekitar 30 persen. Sisanya, penonton hanya dijejali dengan performa dari masing-masing kucing yang bersaing adu bakat menyanyi.
Sayang, performa itu tak dihadirkan dengan apik. Sebagian penonton pun mungkin bertanya-tanya apa sebenarnya inti makna dari film ini. Jika memang ini film untuk anak-anak, mengapa pilihan katanya terlalu berat dan minim humor. Tapi, jika memang ini film yang juga diperuntukan untuk orang dewasa, rasanya film ini terlalu penuh dengan omong kosong.
Wajar saja dibilang demikian, mengingat, film ini tak memiliki benang merah yang jelas, minim konflik apalagi plot twist. Premis atau pesan yang disampaikan pun minim, kurang mengena dan kurang dalam.
Belum lagi jika harus dibahas dari aspek aransemen musik dan koreografi. Sebagai sebuah drama musikal, rasanya banyak yang sepakat bahwa aransemen musik dan koreografi yang dibawakan cenderung biasa saja.
Meski memang, film ini berhasil menggabungkan perawakan manusia dan kucing jadi satu bagian yang cukup bagus berkat penerapan motion-capture acting dan efek computer-generated imagery (CGI). Penonton pun coba dimanjakan dengan gambar yang detail dan latar yang unik.
Tapi, sejumlah keunggulan itu rasanya tak mampu mengimbangi akumulasi kejanggalan yang ada. Jadi rasanya, jangan terlalu banyak berharap saat melihat film yang didistribusikan oleh Universal Pictures dan mulai tayang di bioskop Indonesia pada 27 Desember 2019 ini.