Kamis 26 Dec 2019 17:45 WIB

Impor Daging Lanjut, Peternak: Sapi Lokal tak Bisa Bersaing

Semakin banyak daging impor masuk, berdampak pada akses pasar bagi daging lokal.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Pedagang daging menanti pembeli di los daging sapi Pasar Senen, Jakarta, Senin (16/9).
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang daging menanti pembeli di los daging sapi Pasar Senen, Jakarta, Senin (16/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah bakal melanjutkan impor daging sapi asal Brasil pada tahun depan. Meskipun kuota dan importir belum ditentukan, rencana tersebut dipastikan bakal dilaksanakan. Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) memastikan bahwa daging sapi lokal tidak akan bisa bersaing dengan daging impor yang sangat murah.

"Dampak secara ekonomis, daging lokal tidak bisa bersaing dengan impor," kata Ketua Umum PPSKI, Teguh Boediyana kepada Republika.co.id, Kamis (26/12).

Baca Juga

Ia menjelaskan, semakin banyaknya daging impor yang masuk, berdampak langsung pada akses pasar bagi daging lokal. Ia mengatakan, akibat banyaknya daging impor, daging lokal semakin sulit untuk masuk setidaknya ke wilayah Jabodetabek. Belum lagi, daging kerbau impor yang saat ini rutin didatangkan dari India.

Saat ini, kata Teguh, harga daging sapi lokal berat hidup sebesar Rp 45 ribu per kilogram, dengan harga tersebut, harga daging di pasar yang diterima konsumen menjadi di atas Rp 100 ribu per kilogram. Sementara, harga daging impor jauh di atas itu. Pemerintah pun telah menetapkan harga acuan daging sebesar Rp 80 ribu per kilogram dan bisa diterapkan untuk daging kerbau maupun sapi beku yang diimpor.

Memang, kata Teguh, sesuai Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014, daging sapi Brasil boleh saja masuk ke Indonesia. Hanya saja, Brasil saat ini merupakan negara yang belum terbebas dari Penyakit Mulut dan Kuku.

"Indonesia semakin terbuka untuk masuknya daging dari negara manapun, meskipun status negara eksportir tidak bebas Penyakit Mulut dan Kuku. India saja bisa dipaksakan masuk, apalagi Brasil," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement