REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU -- Sebuah bom truk meledak di pos pemeriksaan keamanan di ibukota Somalia, Sabtu (28/12) pagi. Korban dari peristiwa itu tersebut bertambah, saat ini sedikitnya 79 orang meninggal dunia, dan mayoritas merupakan siswa.
Kepala polisi Somalia Jenderal Abdi Hassan Hijar menyatakan, sebagian besar dari mereka yang meninggal adalah mahasiswa yang kembali ke kelas dan petugas polisi. Sedangkan 125 orang terluka dan mendapatkan perawatan medis.
Selain warga Somalia, Menteri Luar Negeri Somalia Ahmed Isse Awad menyatakan, orang Turki termasuk di antara yang meninggal dunia. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pun ikut mengutuk serangan itu.
Hijar mengatakan kendaraan itu meledak setelah polisi di pos pemeriksaan memblokirnya agar tidak masuk ke kota. Sebelumnya ada dugaan truk bom itu menargetkan pusat pembayaran pajak pada jam sibuk di pagi hari.
Direktur layanan Ambulans Aami Abdiqadir Abdulrahman dan ratusan warga menyumbangkan darah sebagai tanggapan dari peristiwa terburuk di Mogadishu sejak pemboman 2017. Presiden Somalia Mohamed Abdullahi Mohamed mengutuk serangan itu sebagai tindakan teror keji dan menyalahkan kelompok Al-Shabab yang terkait dengan AlQaidah.
Milisi itu jangkauannya telah luas hingga serangan mematikan di mal-mal mewah dan sekolah-sekolah di negara tetangga Kenya. Hingga saat ini, belum ada klaim tanggung jawab langsung atas ledakan tersebut.
Tapi, Al-Shabab sering melakukan serangan seperti itu. Kelompok itu diusir dari Mogadishu beberapa tahun yang lalu, hanya saja, terus menargetkan daerah-daerah terkenal seperti pos pemeriksaan dan hotel di kota tepi laut.
Sebelum peristiwa itu, Al-Shabab disalahkan atas pemboman truk di Mogadishu pada Oktober 2017 yang menewaskan lebih dari 500 orang. Namun, kelompok itu tidak pernah mengklaim bertanggung jawab atas ledakan yang menyebabkan kemarahan publik yang meluas.
Beberapa analis mengatakan, Al-Shabab tidak berani mengklaim karena strateginya untuk mencoba mempengaruhi opini publik dengan mengekspos kelemahan pemerintah telah menjadi bumerang. "Ledakan ini mirip dengan yang pada 2017. Yang satu ini terjadi hanya beberapa langkah dari tempat saya berada dan itu membuat saya jatuh dari tanah dengan kekuatannya. Saya belum pernah melihat ledakan seperti itu sepanjang hidup saya," kata saksi Abdurrahman Yusuf.
Serangan itu kembali menimbulkan kekhawatiran tentang kesiapan pasukan Somalia. Pasukan negara itu awalnya akan bersiap mengambil alih tanggung jawab atas keamanan negara dalam beberapa bulan mendatang dari pasukan Uni Afrika.