Senin 30 Dec 2019 19:15 WIB

BMKG Prakiraan Karhutla Menurun pada 2020

Musim kemarau 2020 tidak separah tahun ini.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Dwi Murdaningsih
BMKG memprakirakan intensitas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akan menurun pada 2020. Foto:Personel Manggala Aqni melakukan pemadaman karhutla gambut di lahan masyarakat di Kecamatan Lalolae, Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, Selasa (3/12/2019).
Foto: Antara/ManggalaAgni
BMKG memprakirakan intensitas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akan menurun pada 2020. Foto:Personel Manggala Aqni melakukan pemadaman karhutla gambut di lahan masyarakat di Kecamatan Lalolae, Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, Selasa (3/12/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, BMKG memprakirakan intensitas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akan menurun pada 2020. Sebab, kata dia, pada tahun depan musim kemarau diperkirakan tidak separah pada 2019.

"Karhutla diprediksi menurun sebab ada korelasi dengan musim kemarau. Kemudian apabila kita antisipasi lebih lanjut, Insya Allah kami harapkan kecenderungan akan semakin menurun, " ujar Dwikorita di gedung BNPB, Jakarta Timur, Senin (30/12).

Baca Juga

Ia mengatakan, BMKG mengantisipasinya dengan memantau potensi karhutla secara bertahap mulai dari pencatatan hari tanpa hujan. Menurut Dwikorita, apabila selama 10 hari tidak turun hujan, maka perlu diwaspadai.

"Kami kemudian memantau kejadian dan potensi kejadian melalui satelit Himawari. Kami turunkan dalam bentuk deteksi titik-titik panas," kata dia.

Kendati demikian, ucap Dwikorita titik panas yang terpantau belum pasti akan menjadi titik api. Akan tetapi, titik-titik panas itu akan menjadi panduan untuk menganalisis data.

Dwikorita mengatakan, kemarau panjang diprediksi tidak terjadi pada 2020. Hal ini berdasarkan analisis dari BMKG, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), dan National Aeronautics and Space Administration (NASA).

"Diprediksi tidak akan terjadi musim kemarau yang berkepanjangan, yang panjang seperti tahun lalu," kata Dwikorita.

Ia menjelaskan, kondisi tersebut dipengaruhi oleh dua hal. Pertama, tidak terdapat indikasi fenomena perbedaan signifikan suhu air laut antara Samudera Hindia di sebelah barat daya Pulau Sumatra dengan sebelah Timur Afrika.

"Bisa dikatakan suhu permukaan air laut di Indonesia juga normal. Artinya diprediksi seperti itu (diprediksi kemarau tidak panjang)," ucap dia.

Kedua, berdasarkan analisis BMKG dan dua lembaga tersebut, diprediksi bahwa El Nino pada 2020 pertumbuhannya netral. Menurut Dwikorita, kondisi tersebut terjadi hingga Juni 2020. "Jadi prediksi ini berlaku sampai Juni. Kondisinya netral," lanjut dia.

Dwikorita menjelaskan, musim kemarau pada 2020 diperkirakan akan dimulai pada April dan berakhir pada Oktober. Akan tetapi, ia mengingatkan, tahapan musim kemarau akan terjadi tidak serempak di sejumlah wilayah di Indonesia.

"Mulainya dan berakhirnya juga tidak serempak. Mulai April terutama di wilayah Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, dan nusa Tenggara," ungkap Dwikorita.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement