Jumat 03 Jan 2020 20:31 WIB

Kementerian PUPR Terjunkan Tim untuk Cari Penyebab Banjir

Banjir melanda sejumlah daerah di Jabodetabek pada Ranu (1/1) lalu.

Warga membersihkan endapan lumpur pascabanjir yang melanda kawasan Kampung Pulo, Jakarta, Jumat (3/1/2020).
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Warga membersihkan endapan lumpur pascabanjir yang melanda kawasan Kampung Pulo, Jakarta, Jumat (3/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menerjunkan tim ke berbagai daerah untuk mencari penyebab banjir. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyampaikan hal tersebut dalam konferensi pers bersama di Kantor Presiden di Jakarta, Jumat (3/1).

"Jadi tadi pagi mulai pukul 08.00 kami berangkatkan 287 pegawai PU yang disebar sesuai dengan rekomendasi BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) di 180 titik yang saat ini kebanjiran untuk mensurvei penyebab banjir," tutur Basuki.

Baca Juga

"Apakah ada tanggul yang jebol, apakah ada drainase yang tersumbat, apakah ada pompa yang rusak, atau yang lain-lain seperti kemarin di KM 24 tol Jakarta-Cikampek, kenapa banjir karena drainasenya tersumbat oleh kegiatan proyek lalu kita bongkar mudah-mudahan sekarang sudah, tadi malam sudah selesai," tambah Basuki.

Apalagi menurut Basuki, tanggal puncak musim hujan masih akan berlangsung beberapa hari ke depan. "Karena menurut BMKG baru mulai masuk musim hujan dan puncaknya mungkin pada awal Februari sampai Maret. Sekarang mereka (tim PUPR) sedang di lapangan dari Jumat-Sabtu, Minggu kami kumpul, lalu identifikasi apa yang harus dilakukan, Senin (6/1) kita lakukan," ungkap Basuki.

Basuki menjelaskan 11-15 Januari adalah puncak musim hujan pada Januari. "Karena tanggal 11, 12, 13, 14, 15 BMKG mengatakan sebagai puncak dari hujan di bulan Januari ini. Jadi kita semua harus bersiap-siap apa yang belum siap kemarin, kita harus lebih siap untuk menghadapi tanggal 11-15 Januari itu," tambah Basuki.

Selain itu, tim PUPR juga sudah menyelesaikan pembangunan terowongan Nanjung, Curug Jompong, Bandung. "Yang telah bisa berdampak sangat besar dalam pengendalian banjir di daerah Dayeuhkolot yang biasanya banjir, terutama pada sebelum adanya terowongan dengan curah hujan yang lebih kecil dari yang terjadi setelah adanya terowongan, misalnya sebelumnya ada 300 mm itu sudah banjir, sudah tergenang tapi sekarang dengan lebih dari 400 mm masih belum tergenang," jelas Basuki.

Basuki menyampaikan hal itu berdasarkan testimoni beberapa warga yang disampaikan kepada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil kepadanya.

"Dan juga manfaat curug Jompong ini telah dapat menuraskan banjir di Dayeuhkolot yang biasanya 5-7 hari untuk mengeringkan, ini hanya 1 sampai 5 jam ada testimoni-testimoninya. kemudian di Lebak yang terjadi banjir bandang, kami melaporkan juga tindakan-tindakan yang sudah kami lakukan, untuk yang di Lahat kemudian di Sulawesi Selatan dan di Labuhanbatu kami belum melaporkan, karena sekarang bapak Wamen PUPR sedang di lapangan kami sedang berkomunikasi terus dampak dan kegiatan yang harus kita lakukan," tambah Basuki.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement