REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri ESDM, Arifin Tasrif menilai dari tiga opsi untuk membuat harga gas ekonomis bagi industri hanya ada dua cara, yaitu DMO gas dan pengurangan porsi pemerintah. Ia menilai untuk opsi industri bebas melakukan impor gas akan menyebabkan persoalan lain.
Arifin menjelaskan opsi impor dibebaskan untuk industri akan menjadi problem neraca perdagangan. Ia mengatakan kalau impor dibebaskan maka akan meningkatakn defisit neraca. Lagipula, kata Arifin, stok gas dalam negeri juga masih surplus.
"Karena kalau impor kita akan menghadapi problem lain yaitu current account deficit (CAD), kalau CAD meningkat terus maka akan sebabkan tekanan ke nilai tukar rupiah," ujar Arifin di Kementerian ESDM, Kamis (9/1).
Arifin menjelaskan opsi DMO atau alokasi khusus untuk gas industri menurutnya lebih baik. DMO juga bisa menjadi salah satu cara untuk bisa menolong CAD.
"Di satu sisi penurunan ini ada yg harus disesuaikan dan di samping itu lokasi untuk mengamankan kebutuhan dlm negeri penting kita lakukan. Dmo penting untuk bisa menghambat impor," ujar Arifin.
Arifin juga menjelaskan akan melakukan pemetaan terlebih dahulu terkait letak sumber gas, biaya, tata kelola dan tata niaga. Kementeterian ESDM menjamin kebijakan ini akan menguntungkan semua pihak.
"Apa yang akan kita lakukan, kita lakukan pemetaan dulu di mana sumber gas, cost-nya, tata kelola dan niaganya dan kemudian kita lihat unsur cost bisa disesuaikan," ujar Arifin.
Ia berharap dengan adanya cara ini bisa mendorong untuk produksi industri nasional bisa lebih baik. Ia juga berharap ke depan industri lebih efisien. "Harapannya bisa mendorong produksi industri nasional, sehingga industri nasional ini bisalebbih efisien sehingga bisa bersaing," tambah Arifin.