REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Menteri Energi Arab Saudi mengatakan kerajaan telah mengambil segala tindakan pencegahan untuk memastikan keamanan fasilitas-fasilitas minyak setelah serentetan serangan muncul di Irak.
"Kami telah mengambil setiap langkah pencegahan," kata Menteri Abdulaziz bin Salman Al-Saud.
Pangeran tersebut menjawab pertanyaan soal apakah kerajaan telah meningkatkan pengamanan setelah Amerika Serikat dan Iran melancarkan serangan di kawasan itu.
Ketika berbicara pada sebuah ajang industri di Dahran, Pangeran Abdulaziz mengatakan kerajaan dalam Januari dan Februari akan memproduksi 7,74 juta barel minyak per hari.
Ia juga mengatakan kepatuhan Irak terhadap aturan OPEC soal penurunan produksi minyak, telah meningkat pada Desember. Ketentuan itu diharapkan akan dipatuhi secara penuh pada Januari.
Pada Rabu lalu, Garda Revolusi Iran meluncurkan puluhan misil ke pangkalan udara Ain al-Asad di Irak. Pangkalan tersebut merupakan fasilitas yang dioperasikan bersama oleh pasukan Irak dan AS.
Garda Revolusi Iran menyebut serangan tersebut hanya permulaan dari serangkaian balas dendam atas dibunuhnya Komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qassem Soleimani oleh AS. Iran tak menetapkan batas waktu kapan serangan akan dihentikan.
"Kami memperingatkan semua negara sekutu AS bahwa jika serangan dilancarkan dari pangkalan di negara mereka ke Iran, mereka akan menjadi sasaran pembalasan militer," kata Garda Revolusi Iran.
Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan, serangan tersebut tak menyebabkan dampak serius. "Semua baik-baik saja. Rudal diluncurkan dari Iran ke dua pangkalan militer yang berlokasi di Irak," kata Trump melalui akun Twitter pribadinya.
Dia pun telah membuat pernyataan bahwa serangan Iran tak menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Serangan Iran ke pangkalan Ain al-Asad kian meruncingkan hubungan AS dan Iran.