REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Inggris menekankan kerja sama dengan Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) untuk menangani masalah perubahan iklim. Hal itu disampaikan oleh Menteri Inggris untuk Asia Pasifik Heather Wheeler dalam upacara peresmian Misi Inggris untuk ASEAN di Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, Rabu (15/1).
"Inggris menyediakan sekitar 300 juta poundsterling (sekitar Rp 5,3 triliun) untuk bantuan pembangunan di kawasan ini setiap tahun. Dan kami telah menyalurkan beberapa bagian dana tersebut untuk menangani perubahan iklim serta bencana alam," ujar Wheeler.
Upaya itu akan ditindaklanjuti oleh pemerintah Inggris bersama rekan negara-negara ASEAN dalam forum internasional Konferensi Perubahan Iklim PBB 2020 (COP26) di Glasgow. Inggris akan menjadi tuan rumahnya.
Wheeler mengangkat isu perubahan iklim dalam pidato peresmian misi khusus untuk ASEAN. Ini sebagai bagian dari kesadaran bahwa masalah global ini perlu ditangani secara serius dengan pelibatan berbagai pihak, termasuk kelompok negara-negara kawasan.
"Kita harus membersihkan erosi, sungai-sungai kita, membenahi hutan-hutan kita, serta melestarikan keragaman hayati, dan lebih mendorong pertumbuhan hijau."
Ia menyebut tidak ada keraguan bahwa Inggris dan ASEAN akan bekerja lebih dekat untuk menangani masalah ini. Di sisi lain, para ilmuwan Inggris bekerja untuk mengembangkan tanaman pangan yang tahan terhadap perubahan iklim.
"Saya paham bahwa banyak negara di kawasan ini juga merasakan dampak dari perubahan iklim. Tindakan yang mendesak perlu segera diambil, mengingat terjadi banyak peristiwa berkaitan dengan itu belakangan ini," kata dia.