REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pengamat sosial politik dari FISIP Universitas Airlangga, Novri Susan menilai ada tiga faktor yang membuat PDIP berpotensi kembali memenangkan Pilkada Surabaya 2020. PDIP telah tiga kali berturut-turut keluar sebagai pemenang Pilkada Surabaya.
"PDI Perjuangan dalam Pilkada Surabaya merupakan partai yang tiga kali berturut-turut meraih kepercayaan rakyat, dalam mengelola politik pemerintahan di ibu kota Jawa Timur. Kepercayaan tersebut terbentuk oleh beberapa faktor yang tidak dimiliki partai lain. Sehinga banyak partai yang tidak percaya diri akhirnya memunculkan wacana mengeroyok PDIP," kata Susan di Surabaya, Sabtu (18/1).
Beberapa faktor yang dimaksuditu yakni pertama memiliki pendukung ideologis partai Soekarnois yang banyak dari kalangan akar rumput atau rakyat kecil, kedua karena kinerja wali kota dari kader PDI Perjuangan yang bersungguh-sungguh bekerja untuk Kota Surabaya dan ketiga soliditas mesin politik dalam memenangkan kandidat wali kota dari partai.
Tiga faktor penting PDI Perjuangan dalam potensi memenangkan Pilkada Surabaya tersebut, lanjut Novri, menciptakan reaksi kekuatiran dan kepanikan pada kelompok-kelompok politik lain. Oleh karenanya, situasi mengepung dan mengeroyok PDI Perjuangan oleh partai-partai politik lain dalam kontestasi Pilkada Surabaya mungkin tidak terhindar.
"Situasi pengepungan dan pengeroyokan terhadap PDI Perjuangan adalah bentuk ketidaksukaan dan kejengkelan yang sudah 'overload'. Mungkin mereka jengkel dari periode ke periode wali kota Surabaya selalu dikuasai kader PDI Perjuangan," ujarnya.
Diketahui PDI Perjuangan merupakan penguasa tunggal di Balai Kota Surabaya sejak 2002-sekarang yakni pada era Wali Kota Surabaya, Bambang DH, pada 2002-2010 berlanjut era Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini,pada 2010-2021.
Melihat kondisi ini, dia memberikan saran kepada PDI Perjuangan agar memilih berkoalisi dengan rakyat Surabaya. Maka calon wali kota dari PDI Perjuangan perlu banyak turun bersama masyarakat, dan memiliki catatan historis bekerja sampai level bawah.
"Cawali Surabaya harus bekerja keras menyapa masyarakat Surabaya. Dahulu Bu Risma saat diusung PDI Perjuangan juga banyak turun bersama masyarakat. Tidak ada sekat antara Bu Risma dengan masyarakat Surabaya. Cawali berikutnya juga harus sama," katanya.